4 Negara Ini Kendalikan Mayoritas Bandar Judi Online di Indonesia

Sedang Trending 2 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Kepada Divisi Hubungan Internasional Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Irjen Pol Krishna Murti mengatakan kebanyakan bandar gambling daring alias judi online nan beraksi di Indonesia dikendalikan dari negara-negara area Mekong, seperti Cina, Myanmar, Laos, dan Kamboja. 

“Pelakunya kebanyakan terorganisir, lantaran ini adalah kejahatan lintas negara, dioperasikan oleh kelompok-kelompok dari Mekong Region Countries,” kata Khrisna dalam konvensi pers di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 25 Juni 2024. 

Dia menjelaskan, krisis akibat pandemi Covid-19 telah meningkatkan prevalensi gambling online di area Mekong lantaran pembatasan mobilitas. Setelah dilakukan penyelidikan, polisi juga menemukan bahwa bandar gambling sengaja mempekerjakan penduduk negara Indonesia (WNI) dan negara lain sebagai operator untuk memperluas pasar. 

“Mereka melakukan aktivitas operator nan diorganisir oleh golongan mafia nan mengendalikan upaya gambling tersebut,” ucap Khrisna. Lantas, gimana sistem pertaruhan slot di negara-negara Mekong? 

1. Cina

Melansir Business Insider, pertaruhan adalah tindakan terlarangan di sebagian besar wilayah Cina, selain lotre nasional milik negara. Meskipun begitu, situs salinan nan mirip dengan aslinya alias “mirror” menjadi praktik umum nan dilakukan bandar gambling online di negara-negara nan tidak mengizinkan perjudian. 

“Ini sangat, sangat umum. Cina mempunyai kehadiran pertaruhan online nan aktif,” kata mitra pengelola IGamiX Management and Consulting di Makao, Ben Lee, pada Sabtu, 22 Oktober 2022. 

Para mahir mengatakan bahwa susah untuk mengukur ukuran pasar gambling online, tetapi Bank Rakyat Cina memperkirakan duit dari aktivitas mengenai taruhan nan mengalir ke luar negeri berjumlah sekitar US$ 54 miliar pada 2019. 

2. Myanmar

Operator kasino online terlarangan di Myanmar disebut telah mendiversifikasi lini bisnisnya hingga mencakup penipuan bumi maya dan pencucian mata duit mata uang digital nan dikendalikan oleh golongan bersenjata. 

Iklan

Menurut laporan Institut Perdamaian Amerika Serikat (USIP), Yatai New City di perbatasan Myanmar dan Thailand menjadi sasaran proyek Building Cities Beyond (BCB) Blockchain nan bermaksud menjadi tempat pencucian duit secara diam-diam. Skema kota pertaruhan nan dibangun dengan anggaran senilai US$ 15 miliar itu menargetkan pemain di Cina dengan nilai US$ 25 miliar per tahun. 

3. Laos

Berdasarkan laporan Jaringan Akademik Prancis untuk Studi Asia (GIS Asie), perkembangan kasino di Laos telah menjadi simbol transisi neoliberalisme. Tujuannya adalah untuk menarik visitor asing, terutama dari Cina, Thailand, dan Vietnam nan melarang keras praktik pertaruhan di negaranya. 

4. Kamboja

Sementara itu, kasino di Kamboja telah menjamur di kota-kota perbatasan sejak 1993, seperti Koh Kong, Pailin, Poipet, Chong Jom, Ha Tien, dan Sihanoukville. Pada 2014, industri pertaruhan menghasilkan pendapatan pajak sebesar US$ 25 juta, meningkat sebesar 15 persen per tahun. 

Kemudian, untung atas penipuan bumi maya di Kamboja diperkirakan melampaui US$ 12,5 miliar per tahun, separuh dari produk domestik bruto (PDB) resmi negara tersebut. Sebagian besar untung itu dilaporkan mengalir ke elit penguasa. 

Sindikat pidana di negara-negara Mekong kemungkinan menghasilkan lebih dari US$ 43,8 miliar per tahun, nyaris 40 persen dari campuran PDB Laos, Kamboja, dan Myanmar. Tak hanya gambling online, mereka juga memfasilitasi perdagangan manusia, membantu pengembangan teknologi digital canggih untuk penipuan, dan menyediakan jasa untuk pencucian uang. 

MELYNDA DWI PUSPITA 

Pilihan Editor: Dewan Pers Minta Satgas Ungkap Nama Wartawan nan Disebut Terlibat Judi Online

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis