TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki awal Juli 2024 nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tetap melemah. Terutama dalam satu bulan terakhir Indonesia susah menghalau pelemahan ini. Hal ini dijelaskan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani. Menurut Shinta nilai mata duit beberapa negara memang sedang tertekan. “Tapi Indonesia salah satu nan terparah dibanding Negara ASEAN 5,” ujar Shinta dalam obrolan berbareng Institute for Development of Economics and Finance (Indef) di Jakarta, Selasa, 6 Juni 2024.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini Rabu, 3 Juli 2024 tetap bakal ditutup melemah. "Mata duit rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 16.380 - Rp 16.470," kata dia dalam kajian rutinnya.
Pada Selasa kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 75 poin menjadi Rp 16.396 per dolar AS. Sedangkan pada hari sebelumnya, kurs rupiah terhadap dolar AS tercatat pada level Rp 16.321.
Saat masuknya kuartal pertama tahun 2024, defisit neraca melangkah melebar menjadi 0,6 persen dari produk domestik bruto. Penyebabnya berasal dari lemahnya pertumbuhan investasi langsung dari pihak asing alias Foreign Direct Investment (FDI) dan keahlian ekspor. Shinta mengungkapkan pada kuartal dua 2024, penyebab lain ketika Indonesia mengalami pelemahan pertumbuhan FDI dan juga keahlian ekspor nan disebabkan oleh koreksi terhadap nilai komoditas.
Sebagai penduduk negara sebenarnya kita mempunyai andil besar dalam menguatkan nilai tukar rupiah. Mengutip dari sikapiuangmu.ojk.go.id, berikut hal-hal nan dapat dilakukan:
1. Membeli produk dalam negeri
Saat ini produk impor lebih menguasai pasar dalam negeri. Para produsen lokal menjadi lebih susah menemukan pasar di negeri sendiri. Sebagai masyarakat sangat krusial untuk membeli produk dalam negeri, selain untuk menguatkan nilai rupiah juga mendukung produsen lokal untuk terus meningkat.
2. Tidak menimbun dolar
Saat nilai tukar rupiah naik, banyak orang malah menimbunnya agar mendapatkan untung lebih tinggi. Justru perihal itu bakal semakin memperlemah kondisi ekonomi dalam negeri. Semakin banyak orang nan menimbun semakin lemah nilai mata duit rupiah.
3. Menguatkan potensi ekspor
Usaha lokal seperti UMKM menjadi aspek nan membantu perekonomian nasional. Tak tanggung-tanggung, nilai mata duit rupiah sering kali menguat jika kita memperbanyak pasar ekspor, khususnya untuk memasarkan produk lokal. Produk kerajinan rupanya sangat diminati oleh pasar luar negeri. Banyak nan memuji produktivitas UMKM Indonesia dalam menciptakan penemuan produk nan juga berkualitas.
4. Berwisata di dalam negeri
Saat nilai tukar rupiah nan mahal, liburan ke luar negeri malah menjadi tak terjangkau. Lebih baik liburan ke tempat-tempat bagus di dalam negeri. Banyak lokasi wisata lokal nan tak kalah menarik dari luar negeri, baik wisata alam, kuliner, sejarah, budaya Indonesia mempunyai lebih banyak variasi. Liburan di dalam negeri juga membantu pengusaha lokal dalam aktivitas ekonomi agar roda produksi mereka melangkah dengan baik dan keuntungannya bakal kembali kepada negara.
5. Bepergian dengan transportasi publik
Saat nilai tukar rupiah melemah, nilai bahan bakar juga bakal goyang. Apalagi bahan bakar fosil. Untuk mengurangi polusi juga, disarankan menggunakan transportasi umum. Penggunaan transportasi umum nan meningkat bakal membantu menurunkan konsumsi BBM nan juga bakal menurunkan impor BBM. Sehingga devisa negara dapat lebih kondusif dan stabil.
6. Berinvestasi di dalam negeri
Saat kurs rupiah menurun, bukan berfaedah nilai investasi ikut merosot. Instrumen investasi banyak juga nan bisa menguntungkan meskipun nilai rupiah terhadap dollar sendang tidak bagus. Asalkan jangan investasi dollar, produk investasi lain tidak terganggu. Salah satu investasi nan bisa dicoba adalah Surat Utang Negara (SUN). Belum lama, pemerintah Indonesia menerbitkan SUN dengan seri SBR004. SBR004 merupakan instrumen investasi nan tepat di tengah penurunan kurs Rupiah saat ini.
SAVINA RIZKY HAMIDA | ANNISA FEBIOLA
Pilihan Editor: Rupiah kembali Melemah, Sektor Industri Terdampak