Analis Sebut Rupiah Bakal Menguat hingga Rp 15.600 per Dolar AS Hari Ini

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini Kamis, 15 Agustus 2024 bakal ditutup menguat. Pada Rabu kemarin, nilai tukar rupiah ditutup menguat 158 poin ke level Rp 15.675 per dolar AS. 

"Mata duit rupiah fluktuatif, namun (akan) ditutup menguat di rentang Rp 15.600-Rp 15.710," kata Ibrahim dalam kajian rutinnya nan dikutip Kamis.

Dia mengatakan, info indeks nilai produsen AS nan lebih lemah dari perkiraan meningkatkan angan inflasi telah mereda. Selain itu, juga meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku kembang The Fed. 

Menurut CME Fedwatch, para pedagang sedikit lebih condong ke arah pemangkasan suku kembang referensi 50 pedoman poin pada September dibandingkan 25 pedoman poin. Prospek pemangkasan suku bunga, kata dia menghadirkan prospek nan lebih cerah bagi ekonomi AS. "Terutama di tengah kekhawatiran baru-baru ini bahwa pertumbuhan nan melambat bakal memerlukan pemangkasan suku kembang lebih lanjut dari Fed," ujar Ibrahim.

Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut pasar merespons positif usai pemerintah mengungkapkan kondisi ekonomi dunia nan tengah mengalami pelemahan dalam. Sektor manufaktur Indonesia pun menjadi salah satu korban akibat pelemahan tersebut. 

Data Purchasing Manager’s Index (PMI) nan dirilis Standard & Poor's (S&P) Global menunjukkan posisi Indonesia berada di level 49,3 pada Juli 2024. Angka ini merupakan nan terendah dalam tiga tahun terakhir.

Iklan

Pelemahan keahlian manufaktur juga terjadi pada negara-negara adikuasa seperti AS di level 49,6 dan Cina di level 49,8. "Ini menggambarkan lingkungan dunia tidak stabil, apalagi hostile to each other, menyebabkan ekonomi relatif berakhir alias stagnan," kata Ibrahim.

Ada banyak aspek nan menyebabkan ekonomi dunia mengalami tekanan, di antaranya kondisi ekonomi AS nan dikabarkan terancam resesi, lantaran pelaku pasar finansial memperkirakan AS bakal mengalami hard landing usai mengalami inflasi nan tinggi. "Inilah nan terjadi pada minggu lampau nan menunjukkan volatilitas besar dari sisi ekonomi AS dan pengaruhnya ke seluruh dunia."

Di sisi lain, kondisi perekonomian di Eropa tetap terpantau rentan, lantaran sentimen geopolitik serta perang antara Ukraina dengan Rusia. Kemudian, pertumbuhan ekonomi Cina juga melambat pada kuartal II 2024 di nomor 4,7 persen.

Dari sisi politik, masalah perang antara Ukraina-Rusia serta perang Timur Tengah nan tetap bergolak usai terbunuhnya Ismail Haniyeh menjadi sentimen nan menggoncangkan perekonomian global. Akibatnya, kata Ibrahim, ekonomi dunia diperkirakan tetap bakal melambat.

Pilihan Editor: Pemerintah Tidak Kunjung Melunasi Utang Rafaksi Minyak Goreng

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis