Anomali Bisnis Bioenergi, Forest Watch Sebut Hutan Ditebang untuk Pembuataan Biomassa Wood Pellet

Sedang Trending 1 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Forest Watch Indonesia (FWI) menyebut upaya untuk menjalankan transisi daya dan penggunaan daya terbarukan malah menimbulkan paradoks. Menurut hasil temuan FWI, pemroduksian salah satu biomassa ialah wood pellet di Gorontalo kudu mengorbankan hutan alam untuk ditebangi.

“Kami identifikasi (produksi wood pellet) sebagai deforestasi terencana di Gorontalo,” kata ahli kampanye FWI, Anggi Putra Prayoga dalam agenda Diskusi FWI berjudul Peran Media dalam Mengawal Proyek Energi dan Deforestasi di Gorontalo pada Kamis, 26 September 2024.

Pengerjaan proyek produksi wood pellet di Gorontalo ini dilakukan setelah keluarnya Izin Pemanfaatan Hutan Hak dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Izin ini berasal dari Hak Guna Usaha (HGU) lahan tersebut nan dialihkan menjadi Hak Pemanfaatan Hutan. Padahal, lahan nan digunakan tersebut merupakan Hutan Alam, bukan Hutan Tanaman Industri (HTI) ataupun Hutan Tanaman Energi (HTE).

“Ini paradoks ketika izin ini diterbitkan, kita punya agenda transisi daya mengurangi emisi dari sektor FOLU (Net Sink 2030), tapi justru penerapan di lapangannya justru malah ditebang rimba alamnya,” ucap Anggi.

Padahal menurut Anggi, produksi wood pellet semestinya bukan lewat pembalakan pohon secara besar-besaran di hutan. Hal itu dianggapnya malah melenceng dari konsep awal transisi daya itu sendiri lantaran bukannya dilakukan di lahan HTI ataupun HTE, namun malah membajak Hutan Alam di Gotontalo.

“Harusnya ini (wood pellet) berasal dari rimba tanaman, hasil dari rehabilitasi,” ujarnya.

Iklan

Proyek ini disebut-sebut sebagai salah satu proyek bioenergi terbesar di Indonesia. Menurut info FWI, terdapat total 4 izin operasi dengan total luas lahan mencapai 282.100 hektar untuk proyek wood pellet ini. Sebagai informasi, total luas rimba di Gorontalo hanya tersisa 693.795 hektar alias 57 persen dari total luas wilayah daratan di Gorontalo.

Proyek ini dijalankan oleh PT Biomassa Jaya Abadi nan mendapatkan suplai kayu dari dua konsensi utama, ialah PT Inti Global Laksana (IGL) serta PT Banyan Tumbuh Lestari (BTL). Dua konsesi lainnya dijalankan oleh PT Gema Nusantara Jaya (GNJ) serta PT Gorontalo Citra Lestari (GCL) dan menyuplai untuk PT Gorontalo Panel Lestari.

Belakangan di Gorontalo disebut juga ada rencana publikasi enam izin baru lagi untuk produksi wood pellet nan bakal menggunakan sekitar 180 ribu hektar lahan di Pohuwato, Boalemo, dan Gorontalo Utara. Anggi juga menyebut ada rencana produksi wood pellet di wilayah lain seperti di Aceh, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimatan Timur, Kalimantan Tengah, NTB, Maluku Utara dan terakhir di Pulau Buru, Maluku.

Pilihan Editor: 19 Agustus Diperingati Hari Orangutan Internasional, Ini 6 Fakta Tentang Orangutan

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis