Apakah Deflasi Beruntun Terkait dengan Penurunan Daya Beli Kelas Menengah? Berikut Penjelasan Ekonom

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Dua rumor perekonomian di Tanah Air berupa penurunan daya beli kelas menengah dan deflasi lima bulan berturut-turut ramai diperbincangkan belakangan ini. Bahkan, tak sedikit nan menyebut dua masalah itu berkaitan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 tercatat sebesar minus 0,12 persen (MtM). Angka tersebut menunjukkan tren deflasi beruntun selama lima bulan terakhir sejak Mei 2024. Rinciannya adalah deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, dan 0,03 persen pada Agustus.

Dalam statistik terpisah, BPS juga mengungkap jumlah masyarakat dengan ekonomi kelas menengah menurun sejak pandemi Covid-19. Jumlah itu berubah dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Penurunan tersebut setara dengan 9,48 juta orang nan turun kasta dari kelas menengah.

Lalu apa sebenarnya nan dimaksud kedua rumor itu dan apakah keduanya saling berkaitan?

Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) Chaikal Nuryakin menilai kedua perihal tersebut tidak berkaitan. Menurut dia, penurunan daya beli masyarakat semestinya terlihat pada inflasi inti, bukan inflasi peralatan bergejolak. Sedangkan, nan mengalami penurunan saat ini adalah volatile food atau komoditi pangan nan bergejolak.

Iklan

Mengutip penelitian LPEM, proporsi dari konsumsi makanan kelas menengah nan menurun justru sekarang meningkat. Memang seharusnya, menurut Chaikal, bahwa penurunan daya beli kelas menengah tidak serta-merta menurunkan konsumsi makanan mereka. Sebab, makanan nan tergolong dalam kebutuhan dasar bagaimanapun tetap dibutuhkan oleh orang-orang.

“Daya beli kelas menengah itu tidak tercermin dari menurunnya konsumsi food. Jadi, konsumsi food tetap dikonsumsi oleh kelas menengah,” kata Chaikal dalam video “Apa Penyebab Deflasi Beruntun? Apakah Data Kita Masih Relevan?” nan tayang di kanal YouTube LPEM FE UI, seperti dikutip pada Kamis, 10 Oktober 2024.

Oleh lantaran itu, daya beli kelas menengah nan menurun memang semestinya terlihat dari inflasi inti, alih-alih dari deflasi volatile food. Jika ditarik kesimpulan, maka volatile food yang sedang mengalami penurunan saat ini tidak berangkaian dengan penurunan daya beli masyarakat kelas menengah.

Pilihan Editor: Jumlah Penduduk Kelas Menengah Turun, Muhadjir: Kita Pantau Jangan Merosot ke Paling Bawah, Miskin Ekstrem

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis