TEMPO.CO, Jakarta - Program makan bergizi cuma-cuma berpotensi menyumbang sampah makanan. Program unggulan presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka itu rencananya mulai dilaksanakan 2025.
Deputi II Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas), Nyoto Suwignyo saat dimintai komentar tentang adanya potensi program makan bergizi cuma-cuma dalam menyumbang sampah makanan tersebut, tidak menampik perihal itu.
Namun, dia mengungkapkan jika memandang dari penyelenggaraan uji coba makan bergizi cuma-cuma di sejumlah wilayah beberapa waktu terakhir ini, dari tim Prabowo sebenarnya sudah memberikan perhatian terhadap persoalan itu. Dari pengamatannya, sudah ada pengelolaan dengan penerapan konsep food loss and food waste dalam program tersebut.
"Kalau kita lihat di media, Pak Prabowo dan tim sebenarnya sudah punya lokasi-lokasi untuk uji pelayanan makan bergizi. Saya kemarin memandang di salah satu warung ada unit pelayanan bergizi, di mana setelah kami lihat di unit pelayanan dapur makan bergizi cuma-cuma tadi sudah menerapkan konsep nan namanya food loss dan food waste, terutama food waste," ujar Nyoto saat konvensi pers di sela-sela aktivitas Peringatan The International Day of Awareness of Food Lost and Food Waste (IDAFLW) 2024 di Pamedan Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah, Minggu, 29 September 2024.
Ia menuturkan penerapan food loss and food waste yakni andaikan setelah penyajian makan bergizi tersebut tersisa, maka nan tersisa itu dikumpulkan kemudian dihitung berapa total nan tersisa dibanding total nan diberikan kepada siswa. Dengan demikian bakal bisa dijadikan bahan evaluasi, apakah kemudian banyak nan tersisa alias tidak karena masyarakat Indonesia sudah mempunyai kepedulian terhadap makanan nan diberikan.
"Nah, catatan-catatan ini sudah menjadi bagian tata kelola nan dilakukan oleh unit pelaksana teknis pelayanan makan bergizi tersebut," katanya.
Ia berambisi jika konsep itu dapat terlaksana maka program makan bergizi cuma-cuma bakal lebih berfaedah dan persoalan sampah makanan bakal memberikan sumbangan nan lebih berfaedah kepada pemerintah.
"Mudah-mudahan, jika ini terlaksana, lantaran kita gerakkan dengan aktivitas moralitas pangan, insya Allah ini bakal lebih berfaedah dan persoalan food waste dari program makan bergizi cuma-cuma juga bakal memberikan sumbangan nan berfaedah kepada pemerintah indonesia," ucap dia.
Iklan
Adapun dari kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama kurun waktu dua dasawarsa dari tahun 2000-2019, Indonesia telah membuang sampah makanan mencapai 23-48 juta per tahun. Hal itu setara dengan 115-184 kilogram (kg) per kapita dalam satu tahun.
Tak hanya bermasalah bagi lingkungan, dari sisi ekonomi makanan nan terbuang ini memberikan kerugian sekitar Rp 231 triliun sampai Rp 551 triliun per tahun alias setara dengan kontribusi ke Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4 persen hingga 5 persen per tahunnya. Jumlah tersebut semestinya bisa memberi makan 30 persen hingga 40 persen populasi Indonesia.
Nyoto menegaskan mengenai pemborosan makanan nan terjadi di Indonesia bisa berkapak ke beragam sektor termasuk impor. Atas dasar tersebut, pihaknya menyarankan agar pemerintah dan masyarakat kudu sadar dan menggalakkan program moralitas pangan.
Untuk menekan sampah makanan di Indonesia mencapai 30 persen per tahun, dia mengatakan Bapanas juga telah menyusun sejumlah rancangan termasuk draft peraturan pemerintah untuk menekan pemborosan pangan.
“Kami mendorong pemerintah untuk menyusun patokan Perpres serta tata kelola baik sebagaimana peta jalan Food Loss dan Food Waste,” kata dia.
Pilihan Editor: Terkini Bisnis: Sebab Bandara IKN Dinilai Tak Layak untuk Penerbangan Komersil, Promo Tiket Kereta Api