TEMPO.CO, Jakarta - Komisioner Badan Pengelola (BP) Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) Heru Pudyo Nugroho menyatakan angsuran pemilikan rumah (KPR) melalui Tapera lebih banyak menguntungkan masyarakat dibandingkan KPR komersial namalain non-subsidi.
“Berdasarkan kalkulasi kami, terdapat selisih angsuran sekitar Rp1 juta per bulan saat mengambil rumah susun (melalui KPR Tapera) dengan dugaan harganya Rp300 juta,” kata Heru dalam konvensi pers program Tapera nan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Kantor Staf Presiden, pada Jumat, 31 Mei 2024.
Lalu, apa beda angsuran KPR Tapera dengan KPR komersial, dan mana nan lebih untung dari keduanya?
Keuntungan KPR Tapera
Heru Pudyo Nugroho memberikan ilustrasi kalkulasi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar Rp6 juta per bulan nan membeli rumah susun senilai Rp300 juta. Dengan duit muka alias down payment (DP) 1 persen, maka plafon kreditnya Rp297 juta.
Untuk pembayaran KPR dengan tenor 20 tahun dan suku kembang 5 persen per tahun, maka peserta Tapera mengangsur sekitar Rp1,96 juta per bulan. Sedangkan untuk pembayaran tabungan bulanan Tapera sebesar Rp 180.000.
“Kalau KPR Tapera hanya (membayar) Rp2,1 juta per bulan, itu sudah termasuk tabungan. Karena sebelum mendapatkan benefit, peserta kudu menabung,” ucapnya.
Dia menjelaskan argumen kenapa peserta Tapera diharuskan menyimpan biaya melalui BP Tapera. Selain untuk menunjukkan keahlian dalam mencicil, lembaga perbankan juga dapat memandang track record peserta selama menabung dalam kurun waktu satu tahun sebelum memberikan kesempatan mengusulkan KPR.
Heru juga mengatakan bahwa faedah dari Tapera adalah pengembalian tabungan dan hasil pemupukannya setelah kepesertaan berakhir. “Peserta juga mendapatkan pengembalian tabungan beserta hasil pemupukannya hanya dengan bayar Rp 2,1 juta,” ujarnya.
Cicilan KPR Komersial Lebih Tinggi
Sementara itu, menurut Heru, dengan pembelian rumah susun dengan nilai nan sama, ialah Rp300 juta dalam jangka waktu 20 tahun dan suku kembang 11 persen per tahun melalui KPR komersial, masyarakat kudu mencicil lebih tinggi hingga Rp3,1 juta per bulan.
“Rp3,1 juta jika KPR komersial itu angsuran doang, enggak pakai tabungan,” katanya.
Dalam presentasinya, Heru juga memberikan simulasi kalkulasi pembelian rumah tapak melalui KPR Tapera dan KPR komersial. Berikut rinciannya:
KPR Tapera
- Gaji peserta: Rp4.000.000 per bulan.
- Harga rumah tapak: Rp 175.000.000.
- DP: 1 persen.
- Bantuan DP plafon: Rp 173.250.000.
- Tenor: 20 tahun.
Iklan
- Suku bunga: 5 persen per tahun.
- Cicilan: Rp 1.143.373 per bulan.
- Tabungan Tapera (3 persen gaji): Rp 170.000 per bulan.
- Akumulasi pokok tabungan: Rp 28.800.000 (20 tahun).
- Estimasi imbal hasil (4 persen per tahun): Rp 12.799.721 (20 tahun).
KPR Komersial
- Gaji peserta: Rp4.000.000 per bulan.
- Harga rumah tapak: Rp 175.000.000.
- DP: 1 persen.
- Bantuan DP plafon: Rp 173.250.000.
- Tenor: 20 tahun.
- Suku bunga: 11 persen per tahun.
- Cicilan: Rp 1.788.266 per bulan.
Melalui ilustrasi kalkulasi KPR Tapera rumah tapak itu, peserta disebut dapat mengurangi beban pengurangan bulanan sekitar Rp524.893. Selain itu, peserta juga bakal mengantongi duit sekitar Rp41 juta dari pengembalian tabungan Tapera beserta hasil pemupukannya selama 20 tahun, setelah kepesertaan berakhir.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Ekonom Ideas Ungkap Kelemahan Tapera nan Memicu Penolakan Pekerja dan Pengusaha