BPOM Sebut Obat di RI Bisa Lebih Mahal 400% Dibanding Luar Negeri

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

CNN Indonesia

Rabu, 21 Agu 2024 02:00 WIB

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan nilai obat di RI bisa lebih mahal sampai 400 persen dibandingkan nilai obat di luar negeri. Ilustrasi. Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan nilai obat di RI bisa lebih mahal sampai 400 persen dibandingkan nilai obat di luar negeri. (Pixabay/PublicDomainPictures)

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar menyebut nilai obat di dalam negeri bisa lebih mahal hingga 400 persen dibandingkan nilai obat di luar negeri.

"Dalam laporan nan Bapak Presiden terima, dibandingkan dengan nilai obat nan beredar di negeri kita, bisa sampai dengan 400 persen lebih tinggi dibanding di [luar] negeri," kata Taruna usai berjumpa dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (20/8).

Melihat kondisi itu, Jokowi pun menginstruksikan BPOM segera memikirkan langkah untuk membikin nilai obat di Indonesia lebih murah, sehingga bisa bersaing dengan negara tetangga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beliau menginstruksikan gimana nilai obat ini bisa dikontrol setidaknya bisa mirip-mirip dengan nilai generik, alias mirip-mirip dengan nilai obat di negara tetangga misalnya di Malaysia, ataupun di Filipina, ataupun di Singapura," imbuhnya.

Jokowi dalam pertemuan itu juga meminta Taruna agar BPOM tidak terlalu kaku soal publikasi izin edar obat dan vaksin di Indonesia.

Taruna menyebut Jokowi menganggap penemuan obat dan vaksin kudu didukung demi mewujudkan kemandirian farmasi dalam negeri.

"Beliau mengatakan bahwa kadang juga ada obat dalam negeri sangat lama untuk disahkan," ujarnya.

Selain itu, Jokowi pun mengingatkan kepadanya bahwa BPOM tidak bisa bekerja sendiri. BPOM bakal berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Indonesia.

Kemudian, Jokowi meminta BPOM terus berinovasi menciptakan obat nan mirip dengan beberapa obat nan selama ini impor dari Jepang hingga Jerman.

Sebab menurutnya, beberapa obat krusial dari negara-negara maju itu masuk ke negara tetangga, sehingga penduduk Indonesia nan memerlukan obat itu kudu membeli ke luar negeri.

"Jadi saya memandang mungkin ada hubunganya dengan mafia obat internasional, hubungannya dengan upaya pelayanan kesehatan internasional. Kita tidak menuduh negara lain tetapi nampaknya seperti itu," ujar Taruna.

(khr/tsa)

[Gambas:Video CNN]

Yuk, daftarkan email jika mau menerima Newsletter kami setiap awal pekan.

Dengan berlangganan, Anda menyepakatikebijakan privasi kami.

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional