CNN Indonesia
Kamis, 27 Jun 2024 22:10 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian buka bunyi mengenai argumen belum melakukan upaya penangkapan aktif terhadap pelaku peretasan yang menyasar Pusat Data Nasional (PDN) dengan modus ransomware.
"Ya kami tunggu forensik ini," Kepala BSSN Hinsa Siburian di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (27/6) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hinsa juga mengaku belum dapat menduga letak asal pelaku peretasan nan berakibat pada 210 lembaga pemerintah tersebut.
Ia menegaskan hasil kajian forensik untuk mengetahui pelaku peretas tetap dilakukan oleh BSSN dan pihak terkait.
"Forensiknya belum selesai," ujar dia.
[Gambas:Video CNN]
Sebelumnya, Hinsa juga mengakui belum mengetahui pihak alias pelaku peretasan terhadap PDN. Hal tersebut dia sampaikan dalam rapat kerja di Komisi I DPR malam ini.
Hinsa menyatakan pihaknya saat ini baru menemukan sejumlah indikasi. Menurut dia, indikasi-indikasi tersebut bakal diolah untuk menemukan pelaku peretasan.
"Tentu untuk pelaku ini belum bisa, pak," kata Hinsa.
"Kami baru menemukan indikasi-indikasi, nan kelak dari indikasi ini bakal kita olah untuk menemukan si pelaku," sambungnya.
Pusat info nan berlokasi di Surabaya itu diretas sejak 20 Juni. Imbasnya, info ratusan lembaga terkunci dan tak bisa dipulihkan.
Tim menemukan bahwa ada pihak dengan alamat IP xx.xx.x.xx, nan merupakan perangkat nan ada di PDNS 2, melakukan aktivitas serangan dan penambahan user baru, mulai 18 Juni pukul 03.21.48 WIB sampai 19 Juni 22.18.38 WIB.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyebut peretas meminta duit tebusan sebesar US$8 juta alias setara Rp131 miliar kepada pemerintah untuk melepaskan PDN.
(mab/chri)