TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan Badan Urusan Logistik alias Bulog mempunyai tantangan meyakinkan pemerintah Kamboja untuk mengakuisisi perusahaan dan lahan padi di sana. Sebab, seperti Indonesia, Negara Angkor Wat ini berkepentingan menyubsidi para petaninya.
“Jika produksi dari lahan di Kamboja kemudian dikirim ke Indonesia apakah ini tidak sama saja Kamboja menyubsidi Indonesia?” ujar Khudori saat dihubungi melalui aplikasi perpesanan, Selasa, 18 Juni 2024.
Akuisisi perusahaan dan lahan padi di Kamboja adalah perintah langsung Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Kepala negata mengatakan, proses upaya nan bakal dilakukan Bulog ini diyakini bisa memberikan kepastian stok persediaan beras negara dalam posisi aman. “Daripada beli ya lebih bagus investasi,” ujar Jokowi di Senayan, Jakarta Pusat, 10 Juni 2024.
Bila pemerintah Indonesia bisa meyakinkan Kamboja, Khudori mengatakan ada kesempatan sumber-sumber produksi padi alias beras dari luar Indonesia tidak dari impor, tapi hasil investasi. Sebab jika hanya mengandalkan kelebihan produksi beras Kamboja di pasar dunia, kata dia, jumlahnya kecil.
Pegiat Komite Pendayagunaan Pertanian itu mengatakan, investasi di Kamboja dengan mengakuisisi perusahaan dan lahannya, adalah langkah baik mengamankan pasokan beras di tengah persaingan memperebutkan beras di pasar bumi nan makin tidak mudah. Pasalnya, negara-negara di Afrika juga sekarang juga menjadi konsumen beras.
Khudori menyebutkan, negara-negara lain sudah lebih dulu mengakuisisi perusahaan dan negara di luar area mereka. Cina misalnya, membeli lahan-lahan di Afrika dan Brasil untuk ditanami kedelai. Negeri Tirai Bambu itu juga gencar mengakuisi perusahaan peternakan sapi di Australia dan babi di Amerika Serikat. Itu semua dilakukan untuk memastikan pasokan pangan ke Cina.
Iklan
Akuisisi itu juga dinilai krusial mengingat dalam dua tahun terakhir, termasuk tahun ini, produksi padi tidak mudah. Sejak 2018, produksi terus menurun konsisten, sementara konsumsi terus naik. Kesulitan menggenjot produksi disebabkan pelbagai faktor, misalnya penyusutan lahan, kerusakan banyak prasarana irigasi nan memastikan suplai air memadai, kenaikan nilai sewa lahan dan tenaga kerja, dan penurunan pupuk subsidi.
Tak hanya itu, Khudori menyebut impor beras sekarang tidak mudah. Selain lantaran pembeli kian banyak dengan tumbuhnya konsumen baru, negara-negara eksportir juga condong restriktif tatkala terjadi krisis alias gangguan produksi. “Sumber produksi padi baru di luar negeri diharapkan bisa mengatasi soal ini,” kata dia. Bila nan akuisisi Bulog, kata dia, pemerintah bisa mengatur level nilai jual beras di dalam negeri agar tidak disinsentif terhadap produksi dalam negeri.
Pilihan editor: Jokowi Bicara Peluang Ekspansi Pertamina ke Brasil dan Akuisisi Bulog di Kamboja
HAN REVANDA PUTRA | DANIEL A. FAJRI