Chatib Basri Sebut Dampak Konflik Timur Tengah Bisa Timbulkan Defisit APBN Tembus Rp 300 Triliun

Sedang Trending 6 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai bentrok geopolitik di Timur Tengah mempunyai akibat terhadap perekonomian Indonesia.

Ia menyebut bentrok nan terus-menerus di Timur Tengah itu berpotensi membikin defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara alias APBN hingga Rp 300 triliun.

Ia mengatakan, bahwa kenaikan defisit APBN nan signifikan itu dikarenakan beriringan dengan naiknya nilai minyak dunia. Menurut dia, kenaikan nilai minyak bumi itu berakibat pada beban subsidi bahan bakar minyak alias BBM menjadi bertambah.

"Skenario paling jelek adalah defisit (APBN) bisa sampai Rp 300 triliun. (Konflik) Israel-Iran, Timur Tengah, semua negara Arab terlibat, implikasinya nilai minyak naik," kata Chatib dalam aktivitas Grab Business Forum di Jakarta, Selasa, 14 Mei 2024.

Ia memprediksi dengan adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah ini berlanjut, nilai minyak bumi dapat mencapai US$ 64 per barel. Kenaikan minyak bumi ini menyebabkan munculnya tekanan terhadap anggaran negara, terkhusus beban pada subsidi BBM.

Menurut dia, defisit APBN Indonesia bakal meningkat hingga Rp 5,8 triliun setiap nilai minyak bumi mengalami kenaikan sebesar US$ 1 per barel. "Kalau naik US$ 64 dolar, tinggal dikali saja. Kira-kira bebannya bakal naik sebesar itu, ini skenario terburuk," ujar mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata mengatakan, bahwa pemerintah bakal mengikuti perkembangan bentrok Timur Tengah dengan jeli dan kewaspadaan.

Iklan

Namun, ujarnya, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mempunyai kekuasaan untuk menyesuaikan anggaran subsidi andaikan nilai minyak bumi melonjak dan lajunya lebih pesat dibandingkan nilai jual minyak mentah di Tanah Air.

Di sisi lain, Isa menyatakan bahwa pemerintah kudu melakukan konsentrasi. Dalam perihal ini Kemenkeu perlu melakukan pengelolaan di beberapa sektor keuangan. "Misalnya pengelolaan konsumsi masyarakat dan pembagian beban dengan badan usaha," ujarnya.

Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa ketegangan geopolitik Timur Tengah condong meningkat dan menjadi konsentrasi perhatian para pemimpin dunia. Secara year to date, kenaikan nilai minyak Brent sebesar 14,3 persen. Sedangkan minyak WTI naik 17,5 persen.

Sri Mulyani menilai, kenaikan nilai minyak bumi itu sedikit banyak dipengaruhi oleh tensi bentrok Timur Tengah. "Pengaruhnya bisa terhadap APBN dan perekonomian Indonesia, serta menyebabkan tekanan terhadap inflasi," ucapnya.

Pilihan Editor: Pengamat Usul Kementerian Perdagangan dan Perindustrian Kembali Digabung di Pemerintahan Prabowo

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis