Duka Keluarga Korban Kecelakaan Bus di Subang: Sempat Minta Tak Pergi

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Keluarga salah satu korban kecelakaan maut bus rombongan SMK Lingga Kencana Kota Depok bercerita sempat mendapat firasat jelek saat salah satu korban meninggal dunia, Robiatul Adawiyah (18) meminta izin untuk ikut aktivitas perpisahan.

Firasat itu dirasakan oleh salah satu kakak Robiatul, Annisa (47) saat Lebaran Idul Fitri lalu.

"Izin waktu Lebaran, dia ngasih tahu jika bulan Mei mau berangkat. Saya udah bilang "Enggak usah berangkat". Dia bilang katanya "Kan temen-temen pada pergi"," ujar Annisa kepada CNNIndonesia.com, Minggu (12/5) pagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Minta Robiatul tak ikut) Karena firasat saya. Saya jika ada itu, pasti saya udah punya firasat. Sebelum dia berangkat itu saya udah mimpi. Mimpi saya celaka, kepala saya terbelah gitu," tutur Annisa.

Annisa mengaku telah mengutarakan firasatnya kepada Robiatul.

Ia mengaku merasa berat hati ketika hendak memberikan duit saku untuk Robiatul sebelum akhirnya berangkat.

"Waktu dia minta buat jajan, kayaknya saya berat banget buat ngasihnya. Karena emang firasatnya udah jelek. Saya bilang "Enggak usah ikut". Mungkin dia lantaran temen temennya pada ikut. Yaudahlah," kata Annisa.

Annis bercerita, aktivitas nan bakal dihadiri rombongan adiknya adalah aktivitas perpisahan alias wisuda kelulusan SMK.

Rombongan, kata Annisa, telah berangkat sejak Jumat (10/5) pagi. Acara itu dijadwalkan pada Jumat (10/5) dan Sabtu (11/5). Adapun tujuan rombongan itu adalah Ciater.

"Kayaknya sih diwajibkan (pihak sekolah). (Tapi kurang yakin) Iya. Karena kan ini aktivitas perpisahan," kata Annisa.

Untuk ikut aktivitas ini, Annisa mengatakan para siswa diminta mengeluarkan biaya sebanyak Rp700 ribu.

Lebih lanjut Annisa bercerita, dirinya mendapat berita duka itu pada Sabtu (11/5) sekitar 21.30 WIB. Kabar itu disampaikan oleh sang suami melalui sambungan telepon.

Kendati demikian, Annisa kala itu belum mengetahui bahwa sang adik merupakan salah satu korban pada peristiwa naas itu.

"Saya tahunya jam separuh 10. Dari suami, bilang "Jangan panik. Ada berita enggak enak". Tapi belum tahu jika dia (Robiatul) meninggal, hanya bilang bus dari sekolah ada nan kecelakaan," jelas Annisa.

Ditemui Minggu Pagi, mata Annisa tampak sembab. "Sudah lenyap air mata saya,".

Sesekali Annisa juga menerima ucapan duka cita dari para tetangga dan kerabat nan datang ke rumah duka.

Batal dimakamkan dekat ibunda

Annisa bercerita bahwa adiknya ini mempunyai kepribadian nan ceria dan senang bergaul. Robiatul nan berumur 18 tahun itu lulus SMK dari Jurusan Pemasaran.

Secara keseluruhan, Robiatul merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Adapun ibu dari Robiatul telah meninggal dunia.

"Padahal tadi saya mau (memakamkan Robiatul) deket ibunya. Tapi rupanya ada kesepakatan jadi bikin satu jalur. Jadi sembilan orang dimakaminnya satu jalur," ungkap Annisa.

"Enggak jauh (dari rumah duka). Paling 300 meter sebelum Kubah Mas," kata dia.

Ingin supir dan perusahaan bus dihukum

Keluarga mengaku menyayangkan kecelakaan maut ini.

"Pastinya (menyayangkan). Karena mobil udah enggak layak kenapa tetap dipakai. nan namanya rem itu kan krusial banget," kata Annisa.

Lebih lanjut, Annisa berambisi pengemudi bus dan perusahaan bus nan membawa rombongan ini untuk dihukum

"Kalau bisa supirnya (dihukum) seumur hidup, terus perusahaan busnya ditutup," minta Annisa.

Sebanyak 11 orang korban tewas dalam kecelakaan bus terguling di Ciater, Subang, Jawa Barat kemarin.

Mereka terdiri dari 9 orang siswa SMK Lingga Kencana, Depok, Jawa Barat, 1 orang pembimbing dan 1 orang penduduk sekitar kejadian.

Kecelakaan di Jalan Raya Kampung Palasari, Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang ketika bus pariwisata nan ditumpang siswa terguling.

Kepala Dinas Kesehatan Subang Maxi mengatakan total korban, termasuk nan luka, dalam kejadian itu adalah 60 orang.

(pop/bac)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional