Ekonom Khawatir Pelemahan Rupiah Bikin Harga BBM Bersubsidi Naik: Tekan Daya Beli Masyarakat, Bahaya untuk Konsumsi Domestik

Sedang Trending 5 bulan yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar AS secara berkepanjangan berpotensi menyebabkan anggaran subsidi bahan bakar minyak alias BBM membengkak. Ia pun mengkhawatirkan potensi kenaikan nilai BBM bersubsidi.

"Kalau dinaikkan, bakal menekan daya beli masyarakat. Itu rawan buat konsumsi domestik," kata Nailul ketika ditemui usai aktivitas obrolan di Jakarta Pusat, Rabu, 26 Juni 2024. Pasalnya, kenaikan nilai BBM bersubsidi otomatis bakal memicu inflasi. "Ketika dinaikkan, dampaknya bisa ke kemiskinan dan sebagainya."

Namun di sisi lain, jika nilai BBM subsidi tidak dinaikkan, beban anggaran pendapatan dan shopping negara (APBN) bakal semakin berat. Pasalnya, melemahnya rupiah membikin kebutuhan bakal dolar AS meningkat untuk kebutuhan impor minyak.

Ia pun menilai kenaikan nilai BBM bersubsidi adalah keniscayaan. Hanya saja, ini berjuntai pada kemauan pemerintah saat ini alias pemerintah periode berikutnya. "Jadi, tarik-tarikan saja. Mau pemerintahan Prabowo alias Jokowi nan menaikkan? Dulu SBY nggak mau meningkatkan (harga BBM bersubsidi), akhirnya Jokowi nan menaikkan," ujar Nailul.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar ASA akhir-akhir ini melemah hingga di atas Rp 16 ribu. Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengaku belum  ada rapat lintas kementerian untuk membahas nilai BBM untuk  Juli 2024, baik BBM subsidi maupun nonsubsidi. "Kalau belum ada rapat, belum ada (pembahasan) apa-apa,” ujar Arifin ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 24 Juni 2024,  dikutip dari Antara.

Meski belum ada titik terang soal ini, pengamat ekonomi daya Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi meminta agar pemerintah tidak meningkatkan nilai BBM bersubsidi. Alasannya, meskipun nilai minyak bumi naik, levelnya tetap di bawah Indonesia Crude Price (ICP) nan ditetapkan dalam APBN. Sebagai informasi, ICP dalam APBN ditetapkan sebesar US$ 82 per barel. Sementara, mengutip laporan Reuters Rabu, nilai minyak mentah  West Texas Intermediate (WTI) terpantau di nomor US$ 81,29 per barel.

Jika nilai BBM bersubsidi dinaikkan, Fahmy menuturkan, bakal memicu inflasi nan menyebabkan nilai kebutuhan pokok meroket. Seperti nan disampaikan  Nailul Huda, situasi ini bakal menurunkan daya beli masyarakat.

"Di tengah pelemahan rupiah nan belanjut, melambungnya inflasi bakal memperburuk perekonomian Indonesia," kata Fahmy. "Bahkan berpotensi menyulut krisis ekonomi lantaran terjadinya pelemahan rupiah terhadap dolar AS, dibarengi inflasi nan meroket."

RIRI RAHAYU | ANTARA

Pilihan Editor: Pendapatan Negara Merosot, Sri Mulyani: Pajak Melambat, Bea dan Cukai Menurun

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis