TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia terbuka untuk investasi lebih lanjut dari Cina dalam beragam industri, ungkap Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia (RI) Nurul Ichwan kepada Xinhua dalam sebuah sesi wawancara pada Selasa, 24 September 2024.
"Dalam setiap sektor nan berangkaian dengan kekayaan Indonesia, terutama sumber daya alamnya, kami terbuka untuk mengundang para penanammodal asal Cina lantaran kami mengetahui Cina saat ini tidak hanya memimpin dalam (bidang) ekonomi, tetapi juga memimpin dalam (bidang) teknologi," ujar Nurul dalam sebuah aktivitas promosi investasi di Kota Nantong, Provinsi Jiangsu, Cina.
Sekitar 100 perusahaan dari kedua negara turut berperan-serta dalam aktivitas tersebut, nan mencakup industri tekstil, kimia, farmasi, konstruksi, dan pembuatan kapal. Para pejabat dan pebisnis dari kedua negara terlibat dalam obrolan tatap muka dan memamerkan beberapa proyek investasi utama.
Saat ini, Cina merupakan mitra jual beli terbesar sekaligus sumber investasi terbesar kedua bagi Indonesia. Nilai investasi langsung Cina di Indonesia mencapai 4,55 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.186) pada 2022, meningkat dua kali lipat lebih dari 2,2 miliar dolar AS pada 2021, menurut info statistik dari Kementerian Perdagangan Cina.
Indonesia berkomitmen mengembangkan ekonomi hijau dan melanjutkan pembangunan prasarana dan industri hilir, nan tercakup dalam delapan misi presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mencapai Indonesia Emas 2045, nan menargetkan Indonesia menjadi satu dari lima perekonomian terbesar di dunia, kata Nurul.
Iklan
Nurul juga menyerukan lebih banyak investasi Cina dalam pembangunan ibu kota baru Nusantara. Pemerintah pusat telah mengeluarkan beragam insentif untuk menarik investasi, termasuk pembebasan pajak penghasilan, pembebasan pajak impor, dan izin penggunaan lahan jangka panjang.
ZTT Group, produsen kawat dan kabel terkemuka di Cina, telah menjalin perdagangan luar negeri dengan Indonesia sejak 2005, dan pada 2017, perusahaan tersebut melakukan investasi perdananya di Indonesia, membangun pabrik, dan mewujudkan produksi lokal. "Dalam tiga tahun mendatang, nilai penjualan di perusahaan ZTT Indonesia bakal mencapai lebih dari 1 miliar yuan (1 yuan = Rp2.157) alias sekitar 142 juta dolar AS, menciptakan 500 lapangan kerja baru, dan konsentrasi pada peningkatan keahlian rantai pasokan industri kabel setempat," papar Xue.
Pilihan Editor: Ada Sosok Raja Sawit di Balik Proyek Tebu Jokowi nan Babat Hamparan Hutan di Merauke