TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan kebijakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menurunkan tarif tiket pesawat 10 persen selama Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 alias Nataru memberatkan operator airport hingga maskapai penerbangan.
“Kebijakan paksa nilai tiket turun ini sangat memberatkan operator airport dan maskapai penerbangan,” katanya dalam aplikasi perpesanan pada Sabtu, 4 Januari 2025.
Baca buletin dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Alvin, kebijakan itu tidak proporsional lantaran memberatkan salah satu pihak, sehingga bakal mengganggu dan mempengaruhi kualitas penerbangan. “Kebijakan itu berakibat jelek terhadap kesehatan finansial mereka mereka nan pada akhirnya dapat menakut-nakuti keselamatan penerbangan dan keberlangsungan kehidupan perusahaan terkait,” ucapnya.
Berdasarkan info nan dirilis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, total penumpang pikulan udara selama masa Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 meningkat sebesar 10 persen. Meski begitu, Alvin menganggap nomor itu tidak menunjukkan kenaikan nan berfaedah lantaran peningkatan 10 persen dibanding masa nan sama tahun lalu. “Hanya setara dengan pertumbuhan rata-rata tahun ini dibanding tahun lalu,” tuturnya.
Sementara, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Udara Lukman F. Laisa menilai peningkatan 10 persen penumpang itu, menunjukkan animo masyarakat untuk menggunakan pesawat sebagai moda transportasi selama masa Nataru meningkat signifikan.
"Di tahun ini, rupanya animo masyarakat untuk menggunakan pesawat sebagai moda transportasi selama Nataru cukup tinggi. Jumlah penumpang pesawat meningkat sebanyak 10 persen dibanding tahun lalu. Jumlah ini di atas prediksi sebelumnya nan hanya 5 persen." katanya.
Dominasi penerbangan selama masa Nataru adalah penerbangan domestik. Rinciannya, sebanyak 3.015.813 penumpang melakukan perjalanan dalam negeri (berdasarkan pemantauan di 56 bandara) dan 859.219 penumpang melakukan perjalanan luar negeri (berdasarkan pemantauan di 17 bandara).
Kenaikan penumpang domestik diakui oleh maskapai penerbangan nasional seperti Garuda Indonesia Group. Jumlah penumpang pesawat Garuda Indonesia dan Citilink meningkat 24 persen pada periode Nataru. Tahun ini, penumpang Garuda sebanyak 38.992 penumpang dan Citilink 38.560 penumpang.
"Peningkatan penumpang terutama di penerbangan domestik. Garuda Indonesia Group mengoperasikan 482 penerbangan, termasuk 44 extra flight, selama masa Nataru ini," kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan dalam keterangan resminya.