TEMPO.CO, Jakarta - Upaya mewujudkan Bangka Belitung sebagai salah satu dari “10 Bali Baru” melalui penataan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) tampaknya tetap jauh panggang dari api. Kunjungan wisata ke area ini, salah satunya Pantai Tanjung Kelayang, tetap sepi. Pelaku pariwisata pun belum mendulang untung ekonomi.
Tanjung Kelayang merupakan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) nan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016. Lokasinya terletak di Desa Tanjong Tinggi, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Seiring penetapan Tanjung Kelayang sebagai area strategis, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat turut menyediakan pendopo, toilet, serta sarana penyediaan air minum (SPAM) sebagai dukungan. Staf Wilayah II Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Bangka Belitung, Wotto Iskandar, mengatakan SPAM Tanjung Kelayang mempunyai kapasitass 25 liter per detik.
Tempo berkesempatan menyambangi Pantai Tanjung Kelayang saat mengikuti press tour Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Kamis, 27 September 2024. Namun saat siang itu, tidak tampak visitor meramaikan area ini.
Budi, salah satu pedagang di Pantai Tanjung Kelayang, mengatakan jumlah kunjungan wisata memang merosot sejak pandemi Covid-19. Saat itu, omzet pedagang bisa mencapai Rp 3 juta per hari. “Sekarang mana bisa? Sekarang dapat Rp 2 juta pun alhamdulillah,” ujar Budi ketika ditemui di warungnya. Di sana dia menjajakan jenis minuman dan mie instan, serta sejumlah cenderamata seperti kaos dan topi pantai.
Hal senada dirasakan pelaku wisata lain, Zam, nan mengaku hari-hari ini lebih banyak nongkrong di warung. Musababnya, dia tidak lagi banyak mengantar visitor mengunjungi pulau-pulau mini di sekitar Tanjung Kelayang. Adapun salah satu pulau nan menjadi daya tarik adalah Pulau Lengkuas—yang ikonik dengan keberadaan mercusuarnya. Sekali trip ke pulau-pulau, Zam mematok tarif Rp 500 ribu untuk hari biasa dan Rp 600 ribu untuk akhir pekan. “Sekarang, seminggu paling hanya tiga trip. Lebih banyak nongkrong, ngobrol-ngobrol,” kata dia.
Tersebab Harga Tiket Pesawat
Sebagai pelaku pariwisata nan sering mengobrol dengan visitor nan menjadi konsumennya, Budi menyebut sepinya kunjungan wisata ke Tanjung Kelayang terjadi lantaran nilai tiket melambung tinggi. Pascapandemi, kata dia, jumlah penerbangan juga dikurangi.
“Dulu, sebelum Covid, pesawat banyak masuk. Harga tiketnya juga murah, tetap bisa Rp 500 ribuan,” ujar Budi. “Kata visitor nan pernah kami bawa, mahal ke sini daripada ke Singapura alias Thailand.”
Hal serupa disampaikan penyedia kapal wisata, Joe, nan merasakan perihal sama. Pria 29 tahun itu menyewakan kapal kayu berkapasitas 10 orang seharga Rp 500 ribu sekali trip. Sebelum Covid, dia bisa mengangkut visitor setiap hari. Sementara kini, dia lebih mengandalkan akhir pekan alias saat lebaran—karena penduduk lokal turut liburan.
Menurut Joe, nilai tiket menjadi satu-satunya hambatan menarik visitor ke Belitung. “Karena nilai tiket pesawat ke Belitung lumayan mahal. Pesawatnya juga saya dengar, hanya sedikit,” ujar Joe ketika ditemui Tempo di Pulau Lengkuas. Saat itu, dia baru saja mengantar visitor asing asal Polandia.
Iklan
Sementara kunjungan wisata sepi, Joe bekerja sampingan sebagai nelayan agar dapurnya tetap ngebul. Apalagi dia juga memerlukan duit setidaknya Rp 500 ribu per bulan untuk perawatan perahu. Karena itu, Joe berambisi pemerintah segera menyelesaikan persoalan nilai tiket pesawat domestik. “Boleh juga itu penerbangan ditambah lagi biar visitor banyak lagi nan masuk (ke Belitung)” kata dia.
Sebenarnya, pemerintah juga telah membentuk Satgas Penurunan Harga Tiket Pesawat untuk menyelesaikan persoalan ini. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, juga berambisi nilai tiket pesawat kembali turun pada semester pertama 2025. Meskipun, harganya mungkin tidak kembali sama seperti sebelum pandemi Covid-19.
Sandiaga menambahkan, komponen nilai tiket pesawat diatur dii lintas kementerian dan Lembaga. Misalnya, dilihat dari nilai avtur, komponen pajak, serta pengaturan penerbangan lainnya. “Kami terus melakukan koordinasi setiap bulan untuk bisa melakukan beragam upaya dari sisi kewenangan kementerian masing-masing,” kata Sandiaga melalui jawaban tertulis nan diterima Tempo pada Ahad, 29 September 2024.
Bila menilik di aplikasi Tiketcom, nilai tiket pesawat dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta ke Bandara Hananjoeddin Tanjung Pandan, nilai tiket pesawat untuk hari Senin, 30 September 2024 dipatok Rp 515.254 hingga Rp 708.518. Ada tuga maskapai nan melayani, ialah Sriwijaya Air, Lion Air, dan Citilink.
Kemudian jika dicek dengan rute Bandara Ngurah Rai Bali-Bandara Hananjoeddin di aplikasi nan sama, hari ini ada tiket Lion Air seharga Rp 2.954.254. Tiket ini menjadi satu-satunya tiket nan ditawarkan. Adapun perjalannya dijadwalkan pukul 20.30 dan tiba di Tanjung Pandan Belitung besok hari pukul 09.50 lantaran ada tiga kali transit perjalanan.
Berikutnya, untuk rute Bandara Sepinggan Balikpapan-Bandara Hananjoeddin Tanjung Pandan, nilai tiket nan tersedia di Tiketcom untuk hari ini adalah tiket pesawat Lion Air dan Batik Air Indonesia. Harganya dipatok Rp 3.651.730 hingga Rp 3.997.980. Penerbangan dari Balikpapan itu memerlukan 4 kali transit, ialah di Bandara Ngurah Rai, Bandara Soekarno Hatta, Bandara Sultan Mahhmud Baddarudin II, hingga tiba di Bandara Hananjoeddin.
Pengamat pariwisata sekaligus Anggota Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari, membenarkan bahwa nilai tiket pesawat domestic nan mahal menjadi salah satu hambatan di sektor pariwisata. Karenanya, sementara masalah ini belum selesai, pemerintah dan pelaku wisata bisa mengembangkan wisata minat unik untuk menarik wisatawan. Misalnya, wisata Kesehatan alias wisata kebudayaan. “Untuk event, kembangkan special event, bukan business event,” kata Azril melalui aplikasi perpesanan kepada Tempo, Sabtu, 28 September 2024.
Pilihan editor: Kiara Minta KPK Awasi Proyek Tambang Pasir Laut