TEMPO.CO, Sukoharjo - Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer kembali menyambangi pabrik PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat, 15 November 2024. Itu dilakukannya menyusul mencuatnya berita perusahaan itu melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawannya pasca putusan pailit oleh Pengadilan Niaga Kota Semarang beberapa waktu lalu.
Kunjungan Noel, sapaan karibnya, ke Sritex hari ini merupakan kali kedua setelah dia datang ke tempat nan sama pada dua minggu nan lalu, alias 28 Oktober 2024.
"Yang saya lakukan hari ini untuk memastikan tidak adanya PHK di Sritex lantaran di luar sana kan banyak rumor dan opini-opini nan tidak bisa dipertanggungjawabkan nan menyebut bahwa Sritex melakukan PHK. Ini tanggung jawab secara politik dan moral saya sebagai lembaga Kementerian Ketenagakerjaan," ujar Noel ketika ditemui wartawan di Sritex hari ini.
Berdasarkan info dari jejeran dewan bahwa ada sekitar 2.500 tenaga kerja nan dirumahkan, menurutnya kudu dipahami bahwa kondisi tenaga kerja dirumahkan berbeda dengan di-PHK. "Kondisi tenaga kerja dirumahkan itu lantaran tidak ada nan bisa diproduksi, tidak ada bahan-bahan baku, dan sebagainya. Kalau PHK kan putus. Jadi jangan salah definisi. Soal itu masyarakat kudu mengerti mana PHK dan mana dirumahkan," tutur dia.
Noel mengatakan bakal melakukan monitoring atas info ribuan tenaga kerja dirumahkan. Menurutnya, sejumlah pihak, khususnya dari Sritex sejauh ini juga sedang memperjuangkan keberlangsungan perusahaan tersebut.
Selain Noel dan dari Kementerian Ketenagakerjaan, datang pula personil Komisi VII DPR RI Mohammad Hatta, Komisaris Utama Sritex Iwan Setiawan Lukminto dan Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto (Wawan).
Dalam kesempatan itu, ribuan tenaga kerja menggelar Salat Istigasah berbareng di area pabrik Sritex tersebut. Di hadapan mereka, Noel mengatakan pemerintah juga bakal berupaya agar akibat kondisi nan dialami Sritex saat ini tidak sampai terjadi PHK terhadap para karyawannya.
“Saya lebih baik kehilangan kedudukan saya dari pada saya memandang saudara-saudara saya kudu di PHK. Dan saya tidak pernah tulus selalu tetap diharis terdepan perjuangan nasib (buruh),” ucap dia.
Ia merinding memandang patriotik tenaga kerja Sritex. Menurutnya, baik pengusaha, karyawan, dan pemerintah berdampingan menyelamatkan perusahaan itu.
“Saya merinding di sini, tidak bisa membayangkan kerabat nan patriotik ini. Duduk berbareng memperjuangkan bersama. Bergandengan tangan berbareng pengusaha, DPR, dan pemerintah,” kata dia.
Dia menyebut tidak ada sejarah semua berasosiasi seperti ini. Biasanya sengketa itu dari pekerja dengan pemerintah, pekerja dan pengusahanya. “Tapi kali ini pengusaha, buruh, pemerintah satu tekad perjuangan. Kita sama-sama ketahui masyarakat Sukoharjo dan Jateng punya angan di pabrik ini,” kata dia.
Dia menegaskan nasib tenaga kerja jangan dipertaruhkan dan jangan diperjudikan dengan empat orang kurator. Kemudian nasib 50.000 pekerja Sritex kudu hancur. “Ini tidak boleh dibiarkan. Kami semua dibekingi presiden, jaksa agung, kapolri dan TNI. Didukung kabinet Merah Putih nan punya integritas. Sekali lagi semangat ini tidak boleh pudar,” katanya.
Ia menambahkan jika dalam perihal ini kalah bakal membikin kejelekan bagi bangsa ini. Kalau sampai kalah ini bakal berkapak pada pabrik tekstil lain di Indonesia. “Tidak ada nama kalah dalam berjuang, kita kudu menang. Wajah tekstil Indonesia jika kalah berkapak pada garmen lain. Jangan patah semangat, jangan kendor. Saya berani tanggung beban itu, saya tanggung jawab moral (Sritex pailit),” kata dia.