TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI) merekomendasikan Bank Indonesia mempertahankan suku kembang referensi di level 6 persen pada pengumuman Rapat Dewan Gubernur BI Rabu, 20 November 2024. Pasalnya, LPEM UI menilai pemotongan suku kembang referensi belum mendesak untuk dilakukan saat ini.
“Menahan suku kembang referensi bakal memberiakan ruang lebih untuk pemotongan suku kembang di masa mendatang saat diperlukan,” tulis tim kajian LPEM UI dalam analisanya, Selasa, 19 November 2024.
LPEM UI beranggapan kondisi ekonomi pada November 2024 dipengaruhi perpaduan aspek domestik dan global. Dari sisi domestik, inflasi tetap berada dalam kisaran sasaran BI meskipun ada tren deflasi nan terus-menerus pada beberapa komponen. Selain itu, dinamika perdagangan terus menunjukkan ketahanan meski surplus perdagangan menyempit.
Sementara itu, di tingkat global, ketidakpastian ekonomi nan berasal dari pemilihan umum Amerika Serikat dan meningkatnya ketegangan geopolitik telah memberikan tekanan pada arus modal. Hal tersebut, menurut mereka, memengaruhi stabilitas rupiah.
Kondisi rupiah nan terus melemah ke Rp15.770 per USD di pertengahan November 2024 turut jadi argumen LPEM UI merekomendasikan BI mempertahankan suku kembang acuannya. Menurut tim kajian LPEM UI, pelemahan rupiah disebabkan modal keluar nan dipicu oleh tensi geopolitik dan naiknya ketidakpastian mengenai Pemilu AS. “Menimbang kondisi terkini dari depresiasi Rupiah dan belum adanya tekanan inflasi, kami berpandangan BI perlu menahan suku kembang acuannya di 6 persen,” tulis LPEM UI.
Pada Oktober lalu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengumumkan suku kembang referensi dipertahankan di level 6 persen. Selain itu, suku kembang deposit tetap memperkuat di 5,25 persen dan suku kembang lending tetap 6,75 persen. "Keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dengan sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025," kata Perry dalam konvensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 17 Oktober 2024.
Selain itu, Perry mengatakan, langkah mempertahankan suku kembang referensi BI dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nan berkelanjutan. Perry menegaskan, konsentrasi kebijakan moneter jangka dekat adalah menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.
Ke depan, menurut Perry, BI bakal terus memantau ruang penurunan suku kembang acuan. Namun, dengan tetap memperhatikan prospek inflasi nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi. "Kebijakan makro ekonomi dan sistem pembayaran juga terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nan berkelanjutan," kata Perry.