Menkes Temui Keluarga Korban dari PPDS Undip: Sudah Cukup Gamblang

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku telah menemui pihak family master Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS anestesi Undip nan diduga bunuh diri akibat perundungan di lingkungan akademis tersebut.

Budi mengatakan pertemuan itu dilakukan secara langsung di Tegal, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Ia mengaku juga telah mendapati keseluruhan info mengenai kasus kematian master Aulia tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya kemarin sudah ketemu ke Tegal, ketemu ibunya. Jadi, ya sudah cukup gamblang dan jelas apa nan terjadi," ujarnya kepada wartawan di Gedung Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Rabu (21/8).

Kendati demikian, dia enggan membeberkan lebih jauh ihwal temuan nan didapati tersebut. Budi justru meminta agar publik dapat menunggu hasil penyelidikan nan tengah dilakukan kepolisian.

"Mudah-mudahan secepatnya kelak bisa polisi sama Kemenkes, mudah-mudahan," tuturnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya menghentikan program studi anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di RSUP Dr Kariadi Semarang buntut seorang peserta didik PPDS nan diduga mengalami perundungan hingga mengakhiri hidup.

Instruksi pemberhentian program studi anestesi FK Undip itu dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Azhar Jaya melalui surat bernomor TK.02.02/D/44137/2024 nan ditujukan kepada Direktur Utama RSUP Dr Kariadi.

Sementara itu, sejauh ini berasas hasil visum, Polrestabes Semarang menyatakan korban Aulia menyuntikkan obat penenang ke dalam tubuhnya. Korban dipastikan meninggal akibat overdosis obat Roculax, jenis obat anestesi peregang otot saat tindakan operasi.

Dalam kasus ini, pihak kepolisian juga menemukan kitab catatan harian Aulia nan mengungkapkan kesulitannya selama kuliah kedokteran. Ia pun menyinggung perlakuan senior-seniornya.

Sementara mengenai dugaan perundungan di lingkungan akademis nan menjadi salah satu faktornya, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar mengaku belum ditemukan bukti menjurus.

"Sampai saat ini belum ada ke arah itu. Butuh saksi dan perangkat bukti. Kalau memang ada bully-an dan perundungan pasti bakal langsung kita proses hukum," kata Irwan usai pertemuan dengan tim audit dari Kemenkes nan dipimpin Irjen Kemenkes Murti Utami, Jumat (16/8).

Beberapa waktu kemudian, Rektor Undip Suharnomo  mengatakan pihaknya memastikan bakal menjatuhkan hukuman terhadap terduga pelaku perundungan di PPDS prodi anestesi FK Undip di RSUP Kariadi.

Namun, katanya, sejauh ini dari hasil investigasi internal pihaknya tak menemukan dugaan perundungan nan menjadi aspek dugaan bunuh diri tersebut. Pihaknya pun tetap menyerahkan dugaan perundungan itu ke pihak berkuasa dari Kemenkes hingga kepolisian.

Dia meyakinkan pihaknya tak menutup-tutupi sesuatu dalam kasus ini. Undip juga disebut telah berkomitmen untuk antiperundungan. Dan, sambungnya, jika perundungan itu bisa dibuktikan, pelakunya bakal dikeluarkan.

Suharnomo mengatakan dari hasil investigasi pihak internal tak ditemukan dugaan perundungan. Dia menyebut investigasi internal itu dilakukan dengan langkah memeriksa sejumlah pihak, beragam catatan akademik, dan rekaman kamera pengawas (CCTV).

"Dari internal kita memang tidak ada (temuan bullying), tapi kita menyerahkan dong sama kepolisian untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," katanya awal pekan ini.

Disclaimer Kesehatan Mental - rev1

(tfq/kid)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional