TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program berjulukan Petani Milenial. Program ini telah dilaksanakan dengan memberikan pendampingan bagi sarjana pertanian dan petani millenial untuk membangun pertanian modern di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Melalui program Petani Milenial, para petani muda diharapkan lebih adaptif terhadap teknologi modern, sehingga bisa membangkitkan kembali sektor pertanian nan sebelumnya dianggap konvensional dan kurang diminati.
Apa Itu Petani Milenial?
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2019 Pasal 1 Ayat 4, petani milenial adalah petani berumur antara 19 hingga 39 tahun alias petani nan adaptif terhadap teknologi digital.
Para petani milenial ini mempunyai misi untuk memanfaatkan teknologi canggih dalam meningkatkan produksi pertanian dan menciptakan pertanian nan lebih efisien. Hal ini sangat penting, mengingat sektor pertanian Indonesia selama ini didominasi oleh metode tradisional nan kurang menarik bagi generasi muda.
Melalui program ini, petani milenial tidak hanya belajar tentang langkah bercocok tanam, tetapi juga didorong untuk memanfaatkan perangkat mesin pertanian, seperti traktor modern dan drone, serta mengembangkan sistem irigasi dan pemantauan tanaman nan berbasis teknologi.
Tujuan Program Petani Milenial
Mentan Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa transformasi menuju pertanian modern ini sejalan dengan petunjuk Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan nasional dengan mekanisasi pertanian nan efisien.
"Kami diminta oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membangun pertanian modern, dan sekarang kita tengah memulai pekerjaan di beberapa wilayah seperti Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Selatan nan nantinya bakal menjadi lumbung pangan Indonesia," kata Andi Amran dalam keterangannya di Jakarta, Ahad, 6 Oktober 2024.
Amran menyebut bahwa program petani milenial bermaksud untuk menarik lebih banyak minat generasi muda agar bersedia mengelola lahan pertanian dengan support teknologi dan penemuan modern.
Selain itu, Amran percaya bahwa potensi penghasilan nan mencapai lebih dari Rp 10 juta per bulan dapat menjadi daya tarik tambahan bagi kaum muda nan selama ini jarang memandang pertanian sebagai pekerjaan nan menguntungkan.
"Pendapatan tinggi di atas daripada penghasilan jika kita jadi pegawai," kata Amran, Selasa, 12 November 2024, dikutip dari Antara.
Tidak hanya itu, program ini juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor beras. Pemerintah menargetkan ekspansi lahan sawah hingga 500 ribu hektare di Kalimantan Tengah nan diproyeksikan bisa menghasilkan 5 juta ton beras per tahun. Jika sasaran ini tercapainya ketahanan pangan dalam negeri nan bakal meningkat, tetapi juga kesempatan ekspor beras ke negara lain.
Pada intinya, petani milenial diharapkan dapat berkontribusi dalam menciptakan ketahanan pangan nasional dan menjadikan pertanian sebagai sektor nan kuat dan berkepanjangan di Indonesia. Ini adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, apalagi berpotensi menjadi negara pengekspor produk pertanian di masa depan.