Pelaku Industri Karet 13 Negara Bertemu di Yogyakarta, Soroti Wabah Berkepanjangan yang Pengaruhi Produksi

Sedang Trending 4 hari yang lalu

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tak kurang 250 pelaku industri karet dari 13 negara berjumpa dalam forum di Yogyakarta selama tiga hari ke depan mulai Selasa hingga Kamis, 19-21 November 2024.

Dalam forum berjudul International Rubber Conference 2024 itu, datang pelaku industri karet dari Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Sri Lanka, Cote d’Ivoire Afrika, Cina, India, Kamboja, Myanmar, Jepang, Perancis, dan lainnya.

Pada hari pertama, para pelaku industri karet itu menyoroti beragam rumor karet alam. Salah satunya soal pandemi penyakit karet berkepanjangan nan belum juga ada obatnya dan lambat laun mempengaruhi produksi dunia termasuk di Indonesia.

"Pelaku industri karet bumi saat ini tetap berhadapan dengan pandemi penyakit Pestalotiopsis nan menyerang sejak tahun 2018, ini sudah mengurangi produktivitas karet hingga sekitar 40 persen," ujar Sekretaris Jenderal International Rubber Research Development Board (IRRDB) Seri Dato’ Aziz Abdul Kadir di sela pembukaan, Selasa.

Aziz mengungkapkan beragam langkah sudah coba ditempuh beragam negara untuk memerangi pandemi ini namun belum menemukan hasil memuaskan. Melalui forum nan digelar Pusat Penelitian Karet, IRRDB dan Japan International Cooperation Agency (JICA) itulah, coba dirumuskan berbareng formula nan bisa diterapakan memerangi wabah.

"Kami pertemukan intelektual dengan pelaku industri di forum ini untuk mencari jalan keluar atas pandemi itu," kata dia.

Adapun Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Uhendi Haris membeberkan akibat pandemi Pestalotiopsis itu di Indonesia hingga saat ini diperkirakan menerjang tak kurang 600 ribu hektar lahan karet.

"Sebelum ada serangan pandemi itu produksi karet Indonesia tetap di atas nomor 3,6 juta ton pertahunnya, namun setelah pandemi itu maksimal 2,2 juta ton saja per tahunnya," kata Uhendi.

Uhendi mengatakan karet alam telah menjadi akselerator ekonomi bagi pembangunan wilayah pedesaan di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Karet alam juga terus memainkan peran krusial sebagai komoditas strategis di sektor pertanian Indonesia, dengan kontribusi devisa sebesar US$ 1,76 miliar pada tahun 2023.

Uhendi menuturkan, asosiasi Gapkindo sendiri membawahi sekitar 127 perusahaan operator pengolahan karet alam. Ketika pandemi karet menerjang dan berkapak pada produksi karet, sebanyak 2,1 juta rumah tangga petani karet ikut terdampak.

"Sebagian petani karet nan bekerjasama dengan industri memilih alih pekerjaan ketika produksi menurun, kami perkirakan saat ini dari 2,1 juta petani itu hanya tersisa 1,5 juta petani saja nan tetap aktif," kata dia.

Uhendi menuturkan, belum ada langkah efektif untuk memerangi pandemi karet itu. Mereka hanya bisa berjuntai pada aspek alam dan cuaca nan mengurangi akibat wabah.

"Dalam materi hari ini sejumlah peneliti sudah menawarkan opsi memerangi akibat pandemi seperti lewat teknologi bio fungsida, pestisida kimiawi, dan lainnya, kami berambisi diterapkan segera," kata dia.

Kepala Pusat Penelitian Karet Suroso Rahutomo menuturkan di Indonesia, keahlian industri karet alam sendiri memang belum optimal. Hal ini terlihat dari penurunan volume produksi karet domestik sebesar 3,60 persen per tahun selama lima tahun terakhir, nan mengakibatkan penurunan pasokan bahan baku karet ke pabrik karet remah. 

Kekurangan pasokan ini berakibat besar pada ekspor karet alam Indonesia, nan turun hingga 8,36 persen per tahun. 

"Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari 50 perusahaan karet remah menghentikan operasinya lantaran kekurangan bahan baku," kata dia.

Beberapa aspek penyebab penurunan keahlian industri karet alam Indonesia seperti nilai karet nan rendah selama lebih dari satu dekade. Akhirnya, membikin banyak petani meninggalkan perkebunan karet, menghentikan penyadapan, menunda peremajaan tanaman, alias apalagi mengganti karet dengan komoditas lain.

"Juga aspek kenaikan biaya tenaga kerja, pupuk, insektisida, dan sumber daya produksi lainnya setiap tahun serta industri hilir berbasis karet alam di dalam negeri nan belum berkembang, sehingga pemasaran sangat berjuntai ekspor," kata Suroso.

Ia menyebut, saat ini sebanyak 80 karet alam Indonesia tetap diekspor dalam corak bahan mentah. Hanya 20 persen nan diolah dalam negeri.

Direktur Hilirisasi Perkebunan, Kelautan, Perikanan, dan Kehutanan Kementerian Investasi/BKPM Indonesia, Mohamad Faizal, dalam forum itu mengungkapkan dari forum itu, bakal mengkaji hal-hal nan mengganggu perkembangan ekosistem industri karet di Tanah Air.

"Terutama dari hulunya, persoalan di bagian hulu ini nan kudu diselesaikan lantaran bakal mempengaruhi proses di hilir, baik soal penyakit alias wabah, soal lahan nan beranjak fungsi, dan regenerasi petani," kata dia.

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis