TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina mengkritik rencana presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, nan bakal menerapkan pengetatan impor. Sebelumnya presiden dari Partai Republik itu mengemukakan bakal menerapkan kenaikan tarif impor terhadap tiga negara, ialah Meksiko, Kanada dan Cina.
Juru Bicara Kementerian Perdagangan Cina, He Yadong, mengatakan, posisi Cina tetap konsisten menentang kebijakan tersebut. “Menerapkan tarif sewenang-wenang pada mitra jual beli tidak bakal menyelesaikan masalah Amerika sendiri,” kata Yadong seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 29 November 2024.
Menurut He Yadong, Amerika kudu mematuhi peraturan-peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Juga bekerja sama dengan Cina untuk mempromosikan hubungan ekonomi dan perdagangan nan stabil.
Pada Senin lalu, dalam sebuah unggahan Truth Social alias laman media sosial pribadinya,Trump menjanjikan tarif tambahan 10 persen untuk barang-barang dari China, serta bea masuk 25 persen untuk peralatan dari Meksiko dan Kanada. Dia menuding negara-negara tersebut belum mengambil tindakan nan cukup kuat untuk menghentikan obat-obatan terlarang, terutama fentanil, masuk ke Amerika Serikat.
Trump mengatakan bahwa banyak pembicaraan dengan China untuk menghentikan aliran obat-obatan terlarang tidak membuahkan hasil. Pernyataan bahwa Cina menyerang Amerika dengan fentanil sebelumnya disampaikan Howard Lutnick, orang kepercayaan Trump untuk menjalankan Departemen Perdagangan dan mengawasi Kantor Perwakilan Dagang AS. Dalam sebuah wawancara podcast di bulan Oktober, Howard menyarankan Trump untuk memungut tarif setinggi 200 persen dari Cina.
Unggahan Trump di media sosialnya itu jadi babak awal perang dagang. Kebijakan kali ini disebut bakal jauh lebih jelek dibandingkan dengan masa kedudukan pertamanya nan mengenakan tarif 7,5 persen - 25 persen.