TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk alias Sritex, Welly Salam, membantah berita Sritex terancam gulung tikar namalain bangkrut. Namun dia mengaku bahwa pendapatan Sritex menurun drastis.
“Tidak benar, lantaran perseroan tetap beraksi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan,” kata Welly dalam keterangan tertulisnya nan diterima Tempo pada Senin, 24 Juni 2024.
Sebelumnya, Sritex merupakan salah satu pabrik tekstil terbesar di Indonesia, pabrik ini apalagi pernah menjadi produsen seragam NATO, Lalu apa saja fakta-fakta menarik Sritex?
Bermula dari Tekstil Eceran
Sritex berdiri pada 1966 oleh HM Lukminto, laki-laki nan lahir pada Juni 1946 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Ia merintis Sritex sebagai pedagang tekstil satuan nan selanjutnya berkembang menjadi perusahaan tekstil dan garmen terbesar di Indonesia.
Sritex berasal dari sebuah upaya jual beli (UD) berjulukan “Sri Redjeki” di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Pada 1968, upaya mini ini mengalami pertumbuhan pesat dan mulai memproduksi kain kelantang dan celup di pabrik pertamanya di Solo.
Kemudian di 1978 Sritex terdaftar dalam Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas. Pada 1982, Sritex mendirikan pabrik pemintalan pertama mereka nan menjadi babak krusial dalam ekspansi perusahaan.
Produsen Seragam Militer NATO dan Jerman
Pada 1994, Sritex pernah menjadi produsen seragam militer untuk Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Tentara Jerman. PT Sritex sendiri mempunyai lebih dari 300 ribu kreasi kain, termasuk enam kreasi busana militer nan telah dipatenkan di Dirjen HAKI.
Melansir Antara, sebagian besar ekspor Sritex dilakukan ke Amerika Serikat dengan nilai total mencapai US$ 300 juta per tahun, diikuti oleh area Eropa dengan nilai mencapai US$ 200 juta per tahun.
Kapasitas produksi Sritex tidak hanya terbatas pada seragam militer, tetapi juga mencakup perlengkapan militer untuk beragam negara di seluruh dunia. Jangkauan pasar Sritex apalagi telah mencapai lebih dari 100 negara di dunia.
Negara-negara nan dipasok oleh PT Sritex untuk kebutuhan tekstil, termasuk benang, kain, dan busana militer, antara lain Jerman, Inggris, Malaysia, Australia, Timor Leste, Uni Emirat Arab, Kuwait, Brunei Darussalam, Singapura, Amerika Serikat, Papua Nugini, Selandia Baru, Tunisia, Turki, dan personil NATO.
Iklan
Selamat dari Krisis Moneter
Sritex selamat dari krisis moneter pada 1998 dan 2001 sukses melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada 1992. Kemudian pada 2013, PT Sritex secara resmi terdaftar sahamnya (dengan kode ticker dan SRIL) di Bursa Efek Indonesia.
Pada 2014, Iwan S. Lukminto nan merupakan Direktur Utama Sritex sekaligus anak sulung mendiang HM Lukminto menerima penghargaan sebagai Businessman of the Year dari Majalah Forbes Indonesia dan sebagai EY Entreprenuer of the Year 2014 dari Ernst & Young.
Pada 2017, perusahaan ini sukses menerbitkan obligasi dunia senilai US$ 150 juta nan bakal jatuh tempo pada 2024.
Rekor MURI
Sritex tercatat beberapa kalo memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Salah satunya pada 2015, Sritex menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai Pelopor dan Penyelenggara Penciptaan Investor Saham Terbesar Dalam Perusahaan.
Kemudian pada 2016, Sritex mencatatkan rekor Muri untuk jumlah peserta terbanyak dalam penyuluhan narkoba nan diadakan oleh satu perusahaan. Sebanyak 30 ribu tenaga kerja Sritex mengikuti penyuluhan nan digelar sehari setelah ulang tahun ke-50 PT Sritex dan ulang tahun ke-71 Republik Indonesia di kompleks perusahaan.
Selanjutnya pada 2019, sebanyak 38 ribu tenaga kerja Sritex Grup melakukan kerja hormat massal untuk membersihkan lingkungan. Kegiatan ini mencetak rekor Muri baru untuk Kerja Bakti di Lingkungan Perusahaan oleh Karyawan Terbanyak. Kerja hormat tersebut dilakukan dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-74 dan HUT Sritex ke-53.
NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I RIZKI DEWI AYU
Pilihan Editor: Profil Perusahaan Tekstil Legendaris Sritex Klarifikasi Tidak Gulung Tikar Tapi Pendapatan Turun Drastis