PMI Manufaktur Anjlok ke Zona Kontraksi, Sri Mulyani Akan Lakukan Investigasi

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemeringkat dunia, Standard & Poor's Global Ratings (S&P) telah mengumumkan info terkini Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia. Hasilnya PMI Manufaktur Indonesia ambruk ke area kontraksi ialah 49,3 dari sebelumnya 50,7.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pihaknya bakal memeriksa penyebab masalah upaya manufaktur dalam negeri. “Kita bakal melakukan investigasi sisi demand side untuk domestik,” kata dia usai konfrensi pers KSSK di Kantor LPS, Jakarta, Jumat, Agustus 2024.

Bendahara negara mengatakan penyebab lesunya manufaktur mungkin disebabkan sisi permintaan alias demand mangalami moderasi. Ia melanjutkan, jika penyebabnya adalah adalah permintaan dalam negeri, terutama PMI manufaktur domestik, bakal ditelaah apakah penurunan permintaan ini musiman alias ada kejuaraan dengan barang-barang impor. 

Dari sisi penjualan luar negeri, Sri Mulyani mengatakan, penyebabnya adalah kondisi ekonomi dunia nan memang tengah menurun. “Eskpor (menurun), terutama untuk negara-negara nan memang ekonominya mulai menunjukkkan kecenderungan melemah, seperti dari Amerika, RRT,” ujarnya.

Namun, Ia melanjutkan, Indonesia tetap punya angan terhadap India. Hanya saja, ekspor nan diunggulkan untuk ke sana bukan peralatan manufaktur nan mendukung kenaikan PMI. Karena penghitungan PMI Indonesia condong pada manufaktur tradisional seperti dasar kaki dan tekstil. Sehingga nan perlu didorong adalah manufaktur produk penghiliran nan belum tercover.

Pemerintah bakal terus memantau seluruh dampaknya terhadap makro ekonomi. Menkeu memaparkan, saat ini sedang terjadi anomali, permintaan konsumsi menurun namun indeks kepercayaan upaya manufaktur tengah meningkat. 

Iklan

Pelaku upaya menurut dia tetap optimistis volume produksi bakal naik seiring kondisi market nan tahun depan diharapkan menguat. “Kondisi hari ini memang melemah, tapi optimisme mereka dari sisi upaya kepercayaan memberikan angan sehingga kita harapkan kondisi PMI ke area kontraktif ini sifanya sementara,” tutur Sri Mulyani.

Menyitir rilis S&P Global pada 1 Agustus 2024 si sebutkan  Manufaktur Indonesia dari S&P Global turun di bawah tanda tidak ada perubahan 50,0. Hal ini menunjukkan penurunan pada kondisi pengoperasian manufaktur. Meski menunjukkan kontraksi marginal, ini merupakan pertama kali PMI turun ke wilayah negatif sejak bulan Agustus 2021.

“Output dan permintaan baru turun pada tingkat sedang, sementara perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah staf untuk ketiga kali dalam empat bulan terakhir,” demikian dipaparkan dalam publikasi S&P. 

Kendala pasokan tercatat sebagai aspek penghambat, meski kepercayaan diri terhadap output masa depan membaik hingga level tertinggi sejak bulan Februari. Sementara itu, inflasi nilai input mereda tetapi biaya output naik pada laju lebih kuat. 

Pilihan Editor: Utang Pemerintah Era Jokowi Meroket

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis