Polisi Sebut Over Dosis Obat Suntik di Kematian Dokter Muda PPDS Undip

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Tim interogator Polrestabes Semarang menduga kuat kematian Aulia Risma Lestari, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro Semarang mengenai dengan obat suntikan nan dimasukkan korban ke tubuhnya sendiri.

Dari hasil visum luar, Polisi mendapati luka jejak suntikan di punggung tangan kiri korban serta korban dinyatakan meninggal lemas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan dari hasil olah TKP, didapati sisa cairan obat melemaskan otot di perangkat suntik serta kitab harian korban nan berisi korban menderita penyakit punggung alias saraf kejepit.

"Jadi jika dari visum luar, didapati ada luka jejak suntikan di punggung tangan kiri korban. Terus di TKP bilik kos korban, ada sisa obat suntik nan dipakai korban. Obat itu jenisnya untuk melemahkan alias meregangkan otot," ungkap Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar di kantornya, Sabtu (17/8).

"Kemudian kitab harian korban nan jumlahnya 9 lembar itu isinya tentang kesakitan korban atas penyakit saraf kejepit nan dideritanya. Jadi konklusi sementara itu dimana kondisinya tanpa otopsi, lantaran family tidak mengijinkan", dia menambahkan.

Irwan melanjutkan, kepolisian tetap mendalami adanya motif kesengajaan alias kelalaian nan menyebabkan korban over dosis alias kelebihan takaran alias pemakaian saat menyuntikkan obat ke tubuhnya.

"Kami sedang menggali motif jika misal itu sengaja bunuh diri, otomatis kan sebagai tenaga medis dia tahu berapa ukuran berapa bahayanya obat-obat alias lantaran ini sengaja alias lalai lantaran dia tidak tahu alias tidak sadar sehingga menyebabkan pengaruh mematikan", tambah Irwan.

Hasil penyelidikan sementara Polisi inipun menggeser dugaan awal kasus bullying alias perundungan nan dialami korban saat menempuh studi PPDS di Undip, seperti nan ramai di media sosial.

"Sampai saat ini kami belum mendapat petunjuk alias perangkat bukti pun nan mengarah pada perundungan. Siapa tahu juga kelak di kemudian, ada juga", jelas Irwan.

Hal senada juga disampaikan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah Telogo Wismo nan sangsi dengan dugaan perundungan dibalik kematian Aulia.

"Dalam perspektif mana disebut perundungan. Misal, sudah pulang waktunya rehat kok dipanggil, tapi dari perspektif pandang pengetahuan ini krusial dan sayang jika dilewatkan, namun jika ditarik sisi lain mungkin itu perundungan. nan kedua masuk sekolah ahli itu kan sudah niat, pasti sudah mencari info seperti apa, di situ juga ada screening dan kesehatan bentuk dan psikis, kelak jangan sampai di tengah perjalanan berhenti", jelas Wismo.

Isu perundungan nan sejak awal menunggangi kematian Aulia hingga santer di media sosial inipun membikin Kementerian Kesehatan langsung bergerak sigap dengan menghentikan sementara PPDS Anestesi Fakultas Kedokteran Undip Semarang.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Undip Prof Dr Zaenal Muttaqien menilai keputusan Dirjen Yankes Azhar Jaya terlalu terburu-buru dan sembrono lantaran belum ada bukti nan mengarah pada terjadinya perundungan.

"Terlalu dini, terlalu sembrono ini Dirjen Yankes. Belum ada bukti mengenai karena kematian korban apalagi bukti terjadinya perundungan. Polisi juga tetap berproses penyelidikan", ungkap Zaenal kepada CNN Indonesia, Kamis (15/8).

Zaenal pun menilai pernyataan sepihak Dirjen Yankes yg tergesa tanpa ada bukti, dan di luar beredar secara liar dan isinya justru menjadi tuduhan kepada korban dan keluarganya mengenai karena kematian.

"Pernyataan sepihak, iba korban dan keluarganya. Bersabar dulu tunggu Polisi bekerja", kata Zaenal.

(dmr/bac)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional