Realisasi Penyaluran KUR Capai Rp 246 Triliun per Akhir Oktober 2024

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai lebih dari Rp 246 triliun per akhir Oktober 2024. Jumlah tersebut setara pemenuhan 88,17 persen dari sasaran total penyaluran KUR sebesar Rp 280 triliun.

“Di 2024 sendiri, sampai dengan 31 Oktober, realisasinya sudah mencapai Rp 246,88 triliun,” kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Ferry Irawan di aktivitas KUR Meets the Press nan berjalan di instansi Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat pada Rabu, 13 November 2024.
 
Ferry menyampaikan, realisasi penyaluran KUR pada 2023 berada di bawah target. Namun, dengan sisa waktu sedikit melampaui satu bulan hingga akhir 2024, dia berambisi tahun ini semua pihak dalam ekosistem KUR dapat mencapai sasaran di Rp 280 triliun.
 
Secara agregat, dia mengingat sasaran penyaluran KUR hingga 2015 adalah Rp 1.925 triliun sementara realisasinya mencapai Rp 1.887,2 triliun, nan berfaedah sekitar 94 persen. “Untuk 2024 kita perkirakan setidaknya sama alias lebih tinggi dari sasaran awal kita,” tuturnya.
 
Selain sasaran penyaluran, pemerintah menargetkan jumlah debitur baru KUR pada 2024 mencapai 2,49 debitur, debitur graduasi 1,16 juta, dan kesiapan subsidi kembang Rp 47 triliun. Berdasarkan catatan Kemenko Perekonomian, terdapat 48,63 juta debitur KUR sejak 2015 sampai dengan 31 Oktober 2024. Sementara, jumlah debitur sejak 1 Januari sampai 31 Desember mendatang adalah 4,27 juta.
 
Dari keseluruhan jumlah debitur KUR, 113 persen merupakan debitur baru per Agustus 2024. Sebanyak 49 persen debitur KUR pada 2024 bergraduasi alias bergeser dari KUR ke skema pembiayaan nan lebih tinggi per Mei 2024. Kemudian, 57 persen penyaluran KUR mengarah ke sektor produksi per September 2024.
 
Sementara itu, 60 persen debitur baru KUR pada 2024 berada pada desil 1 – 4. “Jadi memang masyarakat kita nan termasuk di bawah, nan memang memerlukan akses pembiayaan untuk aktivitas ekonomi,” kata Ferry.
 
Ia mengatakan pemerintah juga mempertimbangkan konteks pemberdayaan serta inklusi keuangan. Dalam perihal itu, tercatat 49 persen penerima KUR per 30 Juni 2024 adalah perempuan. Sementara dari info secara agregat, 1,3 persen dari total KUR nan disalurkan sampai 31 Agustus 2024 diterima oleh debitur di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
 
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kemenko Perekonomian Gede Edy Prasetya menyebut angsuran macet alias non performing loan (NPL) KUR adalah 2,19 persen. “Data statistik kami menunjukkan angkanya 2,19. Jauh di bawah rerata NPL penyaluran angsuran UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) nan lainnya,” kata dia.

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis