TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah diperkirakan bisa menembus Rp 17 ribu per dolar AS jika Bank Indonesia kurang garang dalam melakukan intervensi. "Namun, saya percaya BI telah mengantisipasi perihal ini," kata pengamat Komoditas dan Mata Uang DCFX Futures, Lukman Leong, pada Senin, 17 Juni 2024.
Ia menyebut aspek utama pelemahan rupiah adalah dari eksternal, ialah kebijakan Federal Reserve alias The Fed. "Sikap Ketua The Fed Jerome Powell nan tetap hawkish menyebabkan penguatan pada dolar AS dan perlemahan rupiah. Walau demikian, data-data ekonomi AS, terutama inflasi, telah menunjukkan tekanan nilai sudah mulai mendingin alias cooldown," kata Lukman.
Pada akhir perdagangan pekan lampau ialah Jumat, indeks dolar AS ditutup menguat dan menekan mata duit rupiah. Nilai tukar rupiah melemah 142 poin menjadi Rp16.412 per dolar AS. Pada perdagangan hari sebelumnya, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp16.270.
Data ekonomi AS itulah nan membikin Lukman menyimpulkan ada angan bahwa pelemahan nan tajam terhadap mata duit rupiah bisa berakhir. "Namun, jangan terlalu berharap, lantaran info ekonomi bisa terus berubah dari waktu ke waktu. Seperti biasanya, BI (Bank Indonesia) bakal terus memantau volatilitas nilai tukar dan mencegahnya dengan intervensi," tuturnya.
Sementara aspek internal nan berpengaruh terhadap pelemahan rupiah adalah tetap lemahnya permintaan regional dan Cina, sehingga keahlian ekspor menurun. "Begitu pula permintaan domestik nan lemah, membikin penjualan ritel dan impor juga menurun."
Lukman menyebut, Bank Indonesia alias BI mungkin saja bakal meningkatkan kembali suku bunga (BI rate). "Walaupun ekonomi alias inflasi tidak mencerminkan tingkat suku kembang nan tinggi sekarang, namun BI senantiasa mengatakan kebijakan mereka bermaksud untuk menjaga stabilitas nilai tukar, sehingga kemungkinan untuk kenaikan suku kembang tetap sangat terbuka," katanya.
Pelemahan mata duit rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) membikin para pengusaha resah. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menyebut, pelemahan nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp 16.400 per dolar AS sangat tidak kondusif bagi bumi usaha.
"Level 16 ribu saja sebetulnya sudah sangat mendongkrak cost of doing business di Indonesia menjadi semakin mahal. Tidak affordable dan tidak kompetitif untuk pertumbuhan industri dalam negeri maupun untuk ekspor," katanya saat dihubungi Tempo via aplikasi perpesanan pada Senin, 17 Juni 2024.
Shinta merinci, kenaikan cost of doing business juga tidak terbatas pada kenaikan beban impor bahan baku alias bahan penolong saja. Namun, juga berkapak pada komponen beban-beban upaya lain. Misalnya seperti beban logistik alias transportasi, beban keuangan, dan lainnya.
Iklan
Sehari sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itutup di level Rp 16.270. Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan BI bakal meningkatkan suku kembang referensi alias BI rate.
"BI dalam pertemuan di bulan Juni, kemungkinan besar bakal meningkatkan suku kembang 25 pedoman poin. Karena tetap ada jarak 50 pedoman poin, pemisah atas untuk meningkatkan suku bunga. Apabila kondisi tidak memungkinkan, BI bakal meningkatkan suku kembang di 6,75 persen," kata Ibrahim, dikutip Sabtu, 15 Juni 2024.
Pada 22 Mei lalu, BI mempertahankan suku kembang acuan pada level 6,25 persen. "Rapat Dewan Gubernur BI pada 21-22 Mei 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI sebesar rate 6,25 persen. Demikian juga suku kembang deposit facility tetap sebesar 5,5 persen dan suku kembang lending facilitysebesar 7 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konvensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI di kantornya.
Perry menuturkan keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability ialah sebagai langkah pre-emptive dan forward looking. Dengan tujuan, memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2024. Termasuk efektivitas dalam menjaga aliran modal asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.
"Untuk memastikan stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi nan berkepanjangan di tengah tetap tingginya ketidakpastian pasar finansial global, BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran," kata Perry.
Sebelumnya, bank sentral Indonesia meningkatkan BI rate menjadi 6,25 persen. Perry mengumumkan keputusan ini melalui konvensi pers hasil rapat majelis Gubernur BI pada 24 April 2024 lalu.
ANNISA FEBIOLA
Pilihan Editor Gubernur BI Perry Warjiyo Disebut-sebut Calon Menkeu Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Profil dan Harta Kekayaannya