Salim Group Dikabarkan Akuisisi PT Jasamarga Transjawa Tol, Ini Profil Perusahaannya

Sedang Trending 2 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Salim Group dikabarkan mengakuisisi PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) dari PT Jasa Marga (Persero) pada minggu ini. Akuisisi ini dilakukan oleh Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) dari Filipina, nan merupakan developer jalan tol terbesar di negara tersebut dan berafiliasi dengan Salim Group melalui First Pacific Company Ltd.

MPTC bakal membeli 35 persen saham JTT, dan penandatanganan kesepakatan akuisisi tersebut dilakukan pada minggu ini. Manuel Pangilinan, CEO Metro Pacific Investments Corporation, perusahaan induk MPTC, telah mengkonfirmasi akuisisi ini.

"(penandatanganan) Kemungkinan bakal dilakukan minggu ini di Jakarta (Indonesia). Dokumentasinya tetap dalam tahap akhir. Beberapa perubahan tetap berjalan dan penutupan finansial bakal dilakukan tiga bulan setelah penandatanganan," kata Ketua dan Presiden MPIC Manuel V. Pangilinan akhir pekan lampau dikutip dari situs Daily Tribune.

Profil perusahaan Salim Group

Salim Group merupakan salah satu perusahaan konglomerat nan didirikan di Indonesia pada 4 Oktober 1972. Perusahaan ini didirikan oleh Liem Sioe Liong, nan lahir pada 16 Juli 1916 di Fuqing, provinsi Fujian, Cina. Liem dikabarkan mempunyai hubungan dekat dengan Presiden Soeharto selama puluhan tahun.

Perusahaan ini mempunyai beberapa anak perusahaan, termasuk Indofood, produsen mie instan terbesar bumi dan Bogasari, perusahaan operasi tepung terbesar. Dilansir dari forbes.com, perusahaan ini sekarang dikepalai oleh Anthoni Salim, nan merupakan anak bungsu dari tiga berkerabat mendiang Liem Sioe Liong. 

Perusahaan ini mempunyai investasi di bagian makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Salim juga merupakan CEO Indofood nan berbobot 6,4 miliar dolar, salah satu kreator mie instan terbesar di dunia. Keluarga Salim mempunyai saham di perusahaan investasi First Pacific nan tercatat di Bursa Efek Hong Kong, nan juga mempunyai saham di Indofood dan perusahaan telekomunikasi PLDT di Filipina.

Pada awal 2017, Salim Group membeli saham kebanyakan di Bank Ina Perdana, nyaris 20 tahun setelah kehilangan kendali atas Bank Central Asia (BCA)  selama krisis keuangan. Anthoni Salim tetap mempunyai saham lebih dari 1 persen di BCA nan dikuasai Hartono. Keluarga tersebut juga bayar lebih dari 200 juta dolar untuk sebuah tambang batu bara di Australia dan membeli perusahaan di kembali perusahaan e-commerce Elevenia.

Iklan

Grup ini berkolaborasi dengan Lotte Group asal Korea Selatan untuk meluncurkan e-commerce iLotte. Selain itu, putra Anthoni, Axton, juga bekerja sama dengan NUS Singapura untuk meluncurkan inkubator Block71 di Jakarta.

Dilansir dari kitab “The Rhythm of Strategy: A Corporate Biography of the Salim Group of Indonesia”, sebelum Krisis Asia 1997, Salim Group adalah golongan upaya terbesar di Indonesia. Karena terdiri dari beragam entitas terpisah, beberapa di antaranya terdaftar di bursa saham dan nan lainnya dimiliki secara pribadi, memperkirakan ukuran sebenarnya dari grup ini tidaklah mudah.

Pendapatan besar Salim Group juga menjadi sumber kekayaan pribadi bagi family Salim dan mitra mereka, nan merupakan pemegang saham utama. Pada tahun 1994, Liem Sioe Liong adalah pembayar pajak terbesar di Indonesia, dan para pelaksana Salim dilaporkan termasuk dalam lima besar pembayar pajak. Selama bertahun-tahun menjadi pembayar pajak terbesar di Indonesia, Liem juga secara konsisten muncul dalam daftar orang terkaya di bumi nan diterbitkan oleh Forbes.

Dilansir dari indonesianpalmoilnews.com, Salim Group juga mempunyai perkebunan kelapa sawit sebesar sekitar 1.000 kilometer persegi dan konsesi penebangan. Salim Ivomas Pratama, nan berlindung di bawah Salim Group, didirikan pada 1992 dengan modal awal Rp20.000.000.000. pendiri dan pemegang sahamnya adalah Anthoni Salim, Andree Halim dan Duchro Sayadi.

Pada 1996, perusahaan ini meningkatkan modal awalnya menjadi Rp300.000.000.000, dengan modal ditempatkan dan disetor sebesar Rp75.000.000.000. Pada 2006, perusahaan ini semakin kuat melalui merger dengan lima perusahaan, ialah PT Pratiwimba Utama, PT Gentala Artamas, PT Intiboga Sejahtera, PT Bitung Menado Oil Industry, dan PT Sawitra Oil Grains. Saat itu, saham perusahaan ini dikendalikan oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Birina Multidaya, PT Bina Makna Indopratama, dan PT Metro Lintas Nusa.

Meskipun family Salim telah mengimplementasikan strategi internasionalisasi selama beberapa dekade, ketergantungan dasar mereka pada Indonesia tetap tidak berubah. Sebelum krisis Asia, setelah dua puluh tahun melakukan internasionalisasi, sekitar 35% penjualan mereka berasal dari operasi internasional. Hal ini menunjukkan bahwa Salim Group adalah bagian integral dari perekonomian Indonesia, di mana mereka memegang peran utama.

Pilihan Editor: Kiprah Axton Salim Penerus Usaha Indofood, Ini Profil Cucu Liem Sioe Liong

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis