Soroti Masalah Ketenagakerjaan, Jokowi: Terlalu Sedikit Pekerjaan untuk Terlalu Banyak Orang

Sedang Trending 2 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menyoroti persoalan tenaga kerja nan bakal dihadapi Indonesia. Ia mengatakan, di masa mendatang, kesempatan kerja bakal lebih sedikit dibanding jumlah tenaga kerja nan membutuhkan. Bahkan, Kepala Negara itu berujar, 85 juta pekerjaan bakal lenyap pada 2025 mendatang.

“Too few jobs for too many people (terlalu sedikit pekerjaan untuk terlalu banyak orang),” ujar Jokowi dalam aktivitas Pembukaan Kongres ISEI & Seminar Nasional 2024, Surakarta, Kamis, 19 September 2024, dipantau Tempo melalui siaran langsung di YouTube Sekretariat Presiden.

Karena itu, dia berujar, lapangan kerja dan pasar tenaga kerja mesti menjadi perhatian semua pihak, termasuk Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).  Apalagi, pada 2030 mendatang, Indonesia bakal mendapatkan bingkisan demografi.

Artinya, butuh pembukaan kesempatan kerja sebesar-besarnya. Sebab, kata Jokowi, jika lapangan kerja tidak tersedia, alih-alih menjadi kekuatan, bingkisan demografi justru bisa menjadi beban.

“Ini tantangan paling besar nan bakal melompatkan kita menjadi negara maju alias tidak,” ujar Jokowi.

Di sisi lain, Jokowi menambahkan, pembukaan lapangan kerja juga menghadapi tantangan lantaran saat ini perekonomian dunia tengah melambat. Pada 2023, World Bank mencatatkan pertumbuhan ekonomi dunia hanya sebesar 2,7 persen. Sedangkan tahun ini, diprediksi 2,6 persen.

Sementara itu, bank sentral di banyak negara semakin memperketat kebijakan moneter untuk mengerem inflasi. “Artinya, industri pasti bakal turun produksinya. Otomatis, perdagangan glonal juga turun kapasitasnya,” kata dia.

Tantangan lainnya, kata Jokowi, terjadi peningkatan otomasi di beragam sektor kerja. Termasuk maraknya penggunaan teknologi kepintaran buatan alias AI. “Kita dituntut membuka lapangan kerja, tapi justru pada 2025, 85 juta pekerjaan lenyap lantaran adanya peningkatan otomasi di beragam sektor,” tuturnya.

Persoalan berikutnya, Jokowi melanjutkan, kejadian gig economy alias ekonomi serabutan. Ia menyoroti pilihan perusahaan pada pekerja independen alias pekerja lepas. Perusahaan, kata dia, juga lebih memilih perjanjian kerja jangka pendek untuk mengurangi akibat ketidakpastian dunia nan terjadi.

“Sekali lagi, kesempatan kerja semakin sempit dan berkurang,” kata Jokowi.

Pilihan Editor: Terkini Bisnis: Pendiri Sec Bowl Kuningan Janji Biayai Perawatan Medis Pelanggan, DPR Sahkan UU APBN 2025

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis