Sri Mulyani Sebut Indonesia Inisiator Pertama Bahas Perubahan Iklim dari Sisi Ekonomi dan Finansial

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia menjadi negara pertama alias inisiator nan membahas masalah perubahan suasana dari sisi ekonomi dan finansial.

Sri Mulyani dalam Indonesia Net-Zero Summit (INZS) di Jakarta, Sabtu, 24 Agustus 2024 mengungkapkan, pada tahun 2007, tidak ada satu pun menteri finansial dari beragam negara nan bicara perubahan iklim, apalagi di tahun 2008, 2009, bumi dihadapkan pada krisis finansial global.

"Jadi seolah-olah climate change itu tambahan beban. Sehingga buat kita Indonesia untuk menjadi the first initiator untuk mulai mengundang para menteri-menteri finansial dan menteri pembangunan bicara climate change," kata Sri Mulyani.

Dia menjelaskan, perihal itu bermulai pada tahun 2007 saat Indonesia menjadi tuan rumah dari Conference of the Parties (COP) Ke-13 di Bali. Sri Mulyani nan saat itu sudah menjadi menteri finansial kemudian diminta oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) United Nations Special Envoy agar menteri finansial mulai menyelenggarakan forum bagi para menkeu dan menteri pembangunan untuk bicara soal perubahan suasana di dalam CPO meeting.

Padahal, CPO meeting nan biasanya selalu dihadiri dan menjadi agenda utama dari menteri-menteri lingkungan hidup. Ia menuturkan waktu itu nan banyak berbincang masalah perubahan suasana hanya dari menteri lingkungan hidup, namun setiap komitmen untuk reduksi CO2, implikasi dari sisi ekonomi finansialnya sangat besar.

"Dan jika para kreator kebijakan di bagian ekonomi dan finansial tidak memahami, ya mereka hanya sebagai penonton. Di situlah muncul suatu tanggung jawab sebagai seorang menteri finansial memenstreamkan climate change di dalam pembahasan menteri-menteri keuangan," jelas Sri Mulyani.

Kemudian semenjak tahun 2008, Presiden Bank Dunia saat itu Robert B. Zoellick mulai membangun tradisi apa nan disebut Bali breakfast' di setiap pertemuan tahunan Bank Dunia. Di situlah, perubahan suasana mulai menjadi agenda utama dalam menteri keuangan.

Iklan

Namun, Sri Mulyani mengaku bahwa pentingnya kepedulian tentang perubahan suasana sudah ada sejak tahun 2004 saat Aceh dilanda tsunami. Kala itu, Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

"Waktu itu begitu menyadarkan saya sebagai policy maker, bahwa alam jika sudah bersabda, kita semuanya hanya bisa tunduk padanya. Itulah nan menyadarkan saya sebagai kreator kebijakan untuk terus mempunyai awareness alias kesadaran," ucapnya.

Sri Mulyani mengaku saat itu hingga sekarang mau membangun dan menciptakan kesejahteraan, hingga kemajuan serta keadilan bagi seluruh masyarakat di seluruh pelosok Indonesia dengan tetap mendengar alias pun memelihara alam sebagai penopang dari kehidupan umut manusia. "Dia mungkin diam, tapi dia tidak berdiam diri, dia bakal berfirman pada saat kita sudah melewati batas," tutur Sri Mulyani.

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani mendapat "Climate Hero Award" atas komitmen mengenai masalah perubahan suasana dalam agenda ekonomi dan finansial. "Saya anggap Climate Hero Award ini saya kembalikan kepada semuanya (peserta Indonesia Net-Zero Summit/INZS) nan terus setiap hari punya semangat untuk memerangi climate change," imbuh Sri Mulyani.

Menurutnya, penghargaan itu sebagai sebuah penanda untuk terus merapatkan barisan khususnya generasi muda untuk melawan potensi musibah perubahan iklim. "Saya bakal senang jika generasi muda dengan semangatnya menekuni bagian apapun untuk menyelesaikan masalah climate change melalui teknologi," kata Sri Mulyani.

Pilihan editor: Cerita Bekas ABK Run Zeng Lompat dari Kapal: Makan Satu Nampan untuk 27 Orang, Gaji Tak Jelas

Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis