Survei: 57 Persen Warga Nilai Pemerintah Tak Serius Berantas Judol

Sedang Trending 3 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebanyak 57,3 persen penduduk menilai pemerintah tidak serius memberantas judi online (judol). Hal ini terungkap dalam hasil jajak pendapat terbaru nan dirilis Litbang Kompas, Selasa (25/6).

Jajak pendapat tersebut dilakukan terhadap 534 responden dari 38 provinsi melalui metode wawancara pada 18-20 Juni 2024. Adapun margin of error penelitian mencapai kurang lebih 4,22 persen.

Dalam survei itu, Litbang Kompas juga menanyakan penilaian responden soal Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Judol nan dibentuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Juni 2024 ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Survei menangkap optimisme warga. Sebanyak 56,6 persen responden meyakini pemerintah dapat memberantas judol dengan satgas tersebut. Sebanyak 39,5 persen mengaku tidak percaya dan 3,9 persen lainnya menjawab tidak tahu.

Terkait langkah-langkah nan dapat dilakukan untuk pemberantasan judol, sebanyak 65,5 persen menyatakan pemerintah bisa memblokir situs dan aplikasi judol.

Sebanyak 33,4 persen responden beranggapan pemerintah kudu mempertegas penegakkan patokan pidana bagi pemain judol. Lalu, 30,4 persen responden mau pemerintah menangkap pelaku alias kreator judol.

Sementara itu, 17,2 persen beranggapan pemerintah kudu memberikan rehabilitasi kepada pemain judol.

Mayoritas tak setuju korban judol dapat bansos

Permasalahan pemberantasan judol menjadi polemik nan lebih kompleks. Apalagi, Menteri Koordinator Bidang PMK Muhadjir Effendy mengusulkan korban judol mendapat support sosial (bansos).

Muhadjir menekankan pelaku alias pemain judol beserta bandar bakal tetap dihukum. Sementara nan diusulkan mendapat bansos adalah family nan terdampak imbas pelaku bermain judol. Muhadjir juga menegaskan family nan mendapat bansos adalah nan masuk kategori miskin.

Hasil jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan 71,6 persen responden mengaku tidak setuju dengan usulan tersebut. Sebanyak 25,6 persen mengaku setuju dan 2,8 persen responden menjawab tidak tahu.

Sebelumnya, PPATK mencatat nilai transaksi gambling online di Indonesia tak main-main. Nominalnya apalagi sudah menembus Rp600 triliun.

"Tahun ini saja (kuartal I 2024) perputaran transaksi sudah mencapai lebih dari Rp100 triliun. Jadi jika dijumlah dengan periode tahun-tahun sebelumnya sudah lebih dari Rp600 triliun perputaran transaksinya," kata Kepala PPATK Ivan Yustiavandana, Jumat (14/6).

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto mengungkapkan ada 80 ribu pemain judol di Indonesia nan terdeteksi berumur di bawah 10 tahun.

"Usia di bawah 10 tahun itu ada 2 persen dari pemain, totalnya 80 ribu nan terdeteksi," kata Hadi di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (19/6).

Kemudian, Hadi mengungkapkan terdapat 440 ribu pemain gambling online nan berumur 10 tahun sampai 20 tahun.

Sementara pemain gambling online nan berumur 21- 30 tahun sebanyak 520 ribu pemain. Lalu, ada 1,6 juta pemain gambling online dengan rentang usia 30 sampai 50 tahun.

"Lalu usia di atas 50 tahun itu 34 persen, itu jumlahnya 1.350.000. Ini rata-rata ada kalangan menengah ke bawah nan jumlahnya 80 persen dari jumlah pemain 2,37 juta tersebut," kata dia.

(yla/tsa)

[Gambas:Video CNN]

Selengkapnya
Sumber cnnindonesia.com nasional
cnnindonesia.com nasional