Terkini: Garuda Minta Harga Tiket Pesawat Naik, Alasan Tesla Belum Mau Investasi di Indonesia

Sedang Trending 6 bulan yang lalu

TEMPO.CO, JakartaBerita terkini nan banyak mendapat perhatian pembaca adalah tentang Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra nan meminta agar nilai tiket pesawat dinaikkan. Alasannya, biaya perawatan dan operasional pesawat mahal.

Berita lain nan juga banyak dibaca adalah tentang Kementerian Komunikasi dan Informatika nan telah memblokir nyaris dua juta konten judi online. Kominfo menyatakan terus berupaya memutus akses konten jenis itu dalam platform digital dan situs web. 

Berikutnya adalah buletin mengenai pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA) Ervyn Kaffah nan mengungkap rendahnya kredibilitas anggaran untuk sektor air bersih dan sanitasi di daerah. Fenomena itu, kata dia, mempunyai relevansi dengan tata kelola anggaran nan tidak mempertimbangkan kebutuhan wanita miskin dan karakter wilayah pesisir.

Lalu buletin tentang Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan nan mengungkapkan argumen CEO Tesla, Elon Musk, belum berinvestasi di Indonesia. Salah satu alasannya adalah persaingan dengan mobil listrik produksi Cina nan harganya lebih murah. 

Berikut rangkuman buletin terkini Tempo.co:

  1. Dirut Garuda Indonesia Ingin Tiket Pesawat Naik: Jangan Bandingkan dengan Penerbangan Internasional

PT Garuda Indonesia (Persero) berkukuh agar Kementerian Perhubungan (Kemenhub) merevisi kebijakan tarif pemisah atas alias TBA tiket pesawat. Sebab, dalam waktu dekat ini Kemenhub berencana mengubah besaran TBA nan mempengaruhi nilai tiket pesawat.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan revisi TBA kudu dilakukan lantaran besarannya belum berubah sejak 2019. "Walaupun kami tahu enggak mudah, tapi bakal tetap kami sampaikan kondisi nyatanya saja bahwa semua (harga) naik," ucapnya di Gedung Manajemen Garuda Indonesia, Tangerang, Rabu, 22 Mei 2024.

Ia tak menampik kenaikan TBA tiket pesawat berpotensi menuai protes dari masyarakat. Namun, dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak membandingkan nilai tiket penerbangan domestik dengan penerbangan internasional.

Apalagi membandingkan dengan pelayanan, sehingga mereka menyimpulkan nilai tiket pesawat mahal. Bagi masyarakat nan berpikir demikian, Irfan menjelaskan bahwa pesawat bukan moda transportasi utama, melainkan memang digunakan oleh kalangan tertentu nan terkadang juga mempunyai kepentingan tertentu.

Ia berambisi masyarakat dapat memahami jika pesawat memerlukan ongkos nan mahal. "30 persen dari cost biaya kita tuh avtur. 30 persen sewa. 20 sampai 30 persen maintenance. Mau dibikin maintenance 0? bisa," ucapnya.

Berita komplit bisa dibaca di sini.

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • Selanjutnya
Selengkapnya
Sumber Tempo.co Bisnis
Tempo.co Bisnis