Jakarta, CNN Indonesia --
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyetbut dugaan penyebab terjadinya musibah banjir bandang dan longsor di Kabupaten Luwu adalah lantaran tutupan rimba di Gunung Latimojong menurun signifikan.
Hal tersebut, duga Walhi Sulsel, dipicu masifnya aktivitas tambang emas di wilayah Latimojong.
"Kalau kita lihat sumber bencananya di wilayah area pegunungan Latimojong. Kawasan ini sebenarnya berada di dua kabupaten, Luwu dan Enrekang, maka sudah dipastikan pusat tragedinya berada di pegunungan Latimojong," kata Direktur Eksekutif Walhi Sulsel Muhammad Al Amien, Minggu (5/5) dikutip dari detikSulsel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara di wilayah lainnya seperti Wajo dan Sidrap itu hanya akibat dari pusat musibah di Latimojong," imbuhnya.
Amien mengungkapkan dari kajian nan dilakukan Walhi Sulsel, daya dukung dan daya tampung air gunung Latimojong mulai menurun signifikan. Hal itu, sambungnya, diperparah adanya penurunan tutupan hutan, terutama lantaran aktivitas pertambangan.
Itulah, sambungnya, yang membikin Luwu sering dilanda banjir dan tanah longsor.
"Dari kajian nan kami lakukan memang dari tiga tahun terakhir daya dukung dan daya tampung Latimojong mulai menurun signifikan, seraya dengan penurunan tutupan lahan di pegunungan tersebut, khususnya di Kabupaten Luwu. Makanya setiap wilayah itu dilanda intensitas hujan tinggi terjadi banjir dan longsor, kemudian wilayah Wajo dan Sidrap juga terkena dampaknya," ungkapnya.
Dia mengutarakan, menurunnya tutupan rimba di Latimojong dipicu lantaran masifnya aktivitas tambang emas legal maupun terlarangan di wilayah tersebut.
Menurutnya, 70 persen pembukaan lahan dikarenakan aktivitas tambang emas, sementara 30 persen pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat sekitar.
"Nah kita lihat ada dua aktivitas di sana, pertama adalah pertambangan dan aktivitas perkebunan masyarakat. Tapi jika persentasenya nyaris 70 persen pembukaan lahan di Luwu itu aktivitas pertambangan, lantaran 3 tahun terakhir kami catat aktivitas pertambangan baik terlarangan maupun nonlegal nan dilakukan di Kabupaten Luwu secara masif, dan pertambangan itu adalah pertambangan emas yah. [Kemudian] 30 persen itu pembukaan lahan perkebunan masyarakat," ucapnya.
"Kegiatan itu (tambang emas) mengeruk tebing-tebing sampai kemudian mengeruk tembok sungai, itu menyebabkan luapan air sungai semakin deras kala musim hujan. Saya kira itulah penyebab utamanya," imbuh Amien.
Amien pun menyarankan, Pemprov Sulsel maupun Pemkab Luwu wajib membikin peta wilayah rawan bencana. Kemudian, dia juga mendesak segera memulihkan bentang alam nan ada di Gunung Latimojong.
"Pemprov maupun Pemda Luwu wajib membikin peta wilayah rawan musibah nan perincian dan terperinci, kemudian menyosialisasikannya secara luas, ini agar masyarakat bisa waspada dan memitigasi dirinya secara mandiri, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Selanjutnya memulihkan bentang alam pegunungan Latimojong, khususnya memulihkan tutupan lahan hutannya," kata dia.
Evakuasi dan Bantuan di wilayah terisolasi banjir
Selain itu, pada akhir pekan lalu, Tim SAR campuran mengevakuasi sejumlah penduduk Desa Ulu Salu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan nan terisolir setelah musibah longsor pada Jumat (3/5) kemarin. Bantuan logistik sebanyak 40 ton pun telah disalurkan.
Helikopter AW 169 milik Polda Sulsel pun dikerahkan untuk mengevakuasi penduduk nan berada di pengunungan, akibat jalur darat terputus sehingga terisolir selama tiga hari. Salah satu penduduk berjulukan Indri (30) nan dievakuasi dalam kondisi mengandung 9 bulan.
"Tadi kita pemindahan ibu hamil, sudah menjelang melahirkan berbareng dua anak balitanya, sekarang sudah sampai di Belopa dan segera ditangani," kata Kapolda Sulsel, Irjen Pol Andi Rian R Djajadi, Minggu (5/5).
Jenderal bintang dua ini menyebut bahwa ada sejumlah titik tempat berkumpulnya penduduk nan terdampak longsor di Kecamatan Latimojong.
"Ibu ini kita jemput dari rumahnya nan berjarak 1 jam dari titik penjemputan," ujarnya.
Sementara ini, kata Andi Rian, Tim SAR berupaya membuka akses jalan menuju Kecamatan Latimojong nan terputus akibat tertutupi material longsor.
"Jalur darat ini, sedang kita upayakan. Banyak jalur nan putus saat dipantau dari udara. Dari kemarin sudah ada 4 perangkat berat nan bekerja untuk normalisasi jalan," ungkapnya.
Andi Rian menuturkan hambatan utama Tim SAR kesulitan mengevakuasi dan menyalurkan support ke penduduk terdampak bencana, lantaran banyak jembatan nan putus.
"Mau tidak mau, kita kudu berpikir mengirimkan support dengan memakai tali dan mengirimkan support satu persatu," jelasnya.
Meski demikian, kata Andi Rian penduduk nan berada di wilayah terisolasi enggan dievakuasi, dan hanya meminta support logistik untuk segera disalurkan.
"Bagi nan memerlukan evakuasi, kita evakuasi, tapi kebanyakan masyarakat disana hanya minta dorongan support logistik. Jadi kita sorong logistik saja kesana. Sehingga kita manfaatkan heli dari AURI nan cukup besar dan sangat efektif, sudah empat ton nan didrop dari atas," kata dia.
(tim, mir/kid)
[Gambas:Video CNN]